Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Men Endorser Magnum Vs Haagen Dazs

Banyak sekali kini brand yang melakukan leveraging market baik yang secara soft maupun hard. Seperti es krim yang baik oleh Magnum maupun Haagen Dazs bisa dirubah imej-nya bahwa es krim tidak hanya sebagai konsumsi anak-anak. Awalnya, justru positioning Haagen Dazs maupun Magnum memang diarahkan untuk target perempuan muda-dewasa yang menurut asumsi penulis di kisaran usia 20-35 tahun.       Kini, dua brand es krim ini (yang didahului oleh Haagen Dazs) mencoba berani memunculkan endorser sosok pria muda-dewasa. Awal tahun 2014 ini, penulis agak kaget ketika mengunjungi sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Yogyakarta, melihat tampang Bradley Cooper telah memenuhi wall cover di outlet Haagen Dazs, padahal sebelumnya dihiasi oleh model cantik dengan rambut panjang bergelombang. Beberapa minggu kemudian, penulis mendapati TV Commercial Haagen Dazs yang menceritakan si pria yang sangat menyukai es krim ini digoda oleh seorang perempuan yang ternyata hanya ingin merebut es krim d

Batik Chic: Merk Lokal Yang Co-Branding Dengan Brand Dunia

Seindah-indahnya pekerjaan impian, akan terasa lebih nikmat apabila menjalani bisnis sendiri. Hal itulah yang telah dialami oleh Novita Yunuz, pengusaha yang mencintai budaya lokal berwujud karya seni batik. Novita telah menggeluti profesi impiannya sebagai seorang banker selama sebelas tahun, she did love her job , hingga dia sadari banyak waktu berkualitas yang dia lewatkan bersama keluarga. Berdasar kecintaannya pada Batik, akhirnya pada April 2010, Novita membuka gerai pertama "Batik Chic". Kini Novita telah menemukan bisnis yang sesuai dengan passion-nya dan tetap menghargai ilmu yang didapatnya selama sebelas tahun menjadi banker. sumber gambar: http://www.u-fm.com/whats.on.you/detail/86/batik.chic              Perjalanan karir Novita Yunus dalam pengembangan bisnisnya ternyata memiliki jenis passion yang sama dengan yang ditawarkan oleh Oriflame kepada konsultannya yaitu "lebih nikmat menjalani bisnis sendiri". Hal ini menjadi sisi menarik bagi Ori

U Know U Love Me: XoXo

Rumor, sebuah fenomena yang tanpa disadari tumbuh sebagai sosok yang dicinta oleh khalayak yang terutama sangat mudah merebak (rapid) di dunia maya di kalangan netizen. Penulis jadi teringat dengan novel serial karangan Cecily Von Ziegezar yang juga telah dijadikan serial TV berjudul "Gossip Girl" yang menjadikan rumor sebagai komoditi untuk stabilitas eksistensi diri para tokohnya. Ternyata rumor yang jadi komoditi di cerita tersebut tidak hanya mempengaruhi eksistensi objek dari rumor tersebut saja, mengingat rumor tidak seru tanpa pengikut (follower), jadilah rumor yang berpengaruh terhadap semua pergerakan publik yang menjadi target komunikasi dari rumor itu.        "U Know U Love Me: Gossip Girl" menjadi semacam salam penutup bagi si penguntit (stalker) kehidupan para sosialita di serial ini ketika membagi rumor ke khalayak dan dia memiliki tanda tangan berupa tanda "XoXo". Kata "U Know U Love Me" seperti menunjukkan bahwa publik suka