Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2015

Personal Branding or Personally Branded?

Sudah banyak berbagai profesi yang dijalankan oleh seseorang yang kini mulai didengungkan aktivitasnya supaya publik lebih mudah mengidentifikasi orang tersebut sebagai seorang ahli dalam bidang tertentu. Seperti itulah peran dari "personal branding". Iya, ini merupakan istilah pemasaran modern yang ditujukan bagi personal yang menggunakan profesi-nya sebagai sarana dalam pengembangan bisnis. Misal seorang desainer interior yang menampilkan dokumentasi hasil karyanya yang digunakan oleh hotel-hotel berbintang melalui akun media sosialnya. Salah satu harapan sederhana dari aktivitas ini adalah ingin orang lain mengenalnya sebagai seorang desainer interior profesional dengan karakteristik desain yang elegan setara hotel berbintang sehingga akan muncul tawaran untuk menggarap proyek baru.        Karena personal branding adalah bagian dari cara pemasaran, si personal tentu saja tidak serta merta akan mempublikasikan berapa nilai tarif jasa yang dia kerjakan atau seberapa b

The Extra Care That Counts

Sumber gambar: mr-jordan.net Saat berbagai macam program MarComm digiatkan untuk membangun engagement dengan para konsumen dari sebuah brand, maka sekedar memberikan service atau pelayanan akan menjadi kurang relevan sebagai upaya menjaga hubungan dengan konsumen. Ketika sebuah brand berorientasi untuk menjadi bagian dari kehidupan target konsumennya, hal ini dirasa perlu untuk menjaga hubungan di antara keduanya dengan fasilitas berupa "Customer Care". Kenapa care? Karena care atau peduli memiliki makna lebih dalam kepada konsuman daripada sekedar service atau layanan.      Namun mengganti istilah customer service menjadi customer care juga bukan hanya sekedar mengikuti tren atau latah belaka. Lalu, bagaimana sih menciptakan care bagi konsumen? Simak tips berikut: Caring Inside : Memberikan care kepada konsumen haruslah dilakukan secara substansi. Oleh sebab itu, perusahaan perlu menerapkan budaya care juga di internal. Misal dengan diwadahi-nya employee communi

Kabar Baru Bernama Harian Bernas

Nama koran Bernas dikenal penulis sejak kasus pembunuhan salah satu wartawannya yang bernama Udin belasan tahun silam. Sebagai salah satu "dedengkot" media cetak di Jogja, dalam satu dekade terakhir, kehadiran Bernas terasa kurang gaungnya di Yogyakarta. Setidaknya begitu menurut pengamatan penulis apabila dibandingkan dengan harian Kedaulatan Rakyat yang memang eksis sebagai koran tertua di Yogyakarta. Terlebih lagi KR telah bekerja sama dengan asosiasi periklanan untuk membentuk perhelatan akbar insan periklanan bernama Pinasthika yang biasa digelar tahunan. Kemudian, seiring dengan munculnya koran lain seperti Harian Jogja maupun Tribun Jogja, kehadiran Bernas Jogja semakin jarang terlihat.         Salut ketika media cetak yang muncul sejak 1946 ini masih terus bertahan di tengah persaingan media yang begitu ketat. Sebagai apresiasi terhadap perjuangan Bernas dalam menjaga eksistensinya, di usia media ini yang ke-69, seorang pengusaha bernama Putu Putrayasa yang sebelum