Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2011

Berawal Dari "Harap Bayar Di Muka!"

            “Harap Bayar Di Muka!” Tulisan itu terpampang di meja kasir dan beberapa dinding di warung angkringan ini. Dua temanku, Bhrata dan Bayu yang datang dari Malang ingin merasakan sensasi kuliner tradisional Jogja, apalagi yang menurutku khas Jogja dan merakyat selain angkringan? Warung angkringan ini terletak di pusat kota Jogja, berada di areal keraton, terdiri dari dua gerobak; satu berisi sayur dan makanan berat serta lauk dan yang satunya lagi berisi jajanan. Di angkringan ini juga bisa memilih minum dengan gula batu atau gula pasir biasa. Sensasi itulah yang ingin dicari oleh dua orang temanku yang merasa menjadi turis asing di Jogja tersebut. Tapi, begitu kami masuk ke warung itu dan disodori tulisan “Harap Bayar Dimuka” langsung menjadi pergunjingan kami sembari membayangkan uang seratus ribu rupiah kami tempelkan tepat di muka si penjual angkringan, kalau penjualnya marah tinggal kami jawab “kan bayar di muka Pak?” Tapi l

The Ad of War

Kita harus memikirkan bukan saja bentuk pemerintahan apa yang terbaik, namun juga apa yang mungkin dan paling mungkin dicapai oleh semua.” (Aristoteles, Politics, IV, 1) Sebut saja semua nama-nama pahlawan yang telah gugur karena berusaha mewujudkan suatu Negara merdeka bernama Republik Indonesia, waktu itu mereka semua memiliki tujuan yang sama: berjuang bersama untuk membentuk suatu kedaulatan merdeka dan melepaskan diri dari penjajahan. Namun bila melihat ilustrasi di atas, terlihat iklan politik dari Capres PDIP Megawati kepada Capres Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Ilustrasi tersebut dipetik penulis dari sebuah media yang dilansir pada pemilihan presiden tahun 2009 silam. Apa yang dimunculkan baik oleh Megawati dan SBY tersebut tentu bagian dari komunikasi politik mereka. Karena selain berada pada momentum kampanye pemilihan presiden juga keduanya membawa atribut partai masing-masing dalam iklan di media cetak tersebut. L