Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2015

Fungsi PR Dalam Kasus Go-jek VS Ojek Pangkalan

Bagi yang tinggal di Jakarta pasti paham betul bahwa kemunculan Go-jek ini merupakan moda transportasi alternatif untuk menebus liarnya kemacetan ibukota. Ya, sejak mulai melayani di 2011, Go-jek seakan menuai manisnya sebuah bisnis kurang lebih setahun terakhi r . Manisnya layanan Go-jek ini lantaran munculnya aplikasi untuk smart phone yang memudahkan calon penumpang mendapat layanan ojek sepeda motor. Respon yang baik oleh warga ibukota membuat founding father- nya, Nadiem Makarim, mengembangkan lagi layanan Go-Jek menjadi layanan kurir, belanja, dan jasa layanan antar makanan. Meski awal dibuatnya Go-jek adalah untuk mengorganisir jasa abang tukang ojek di ibukota namun dalam perkembangannya  Go-jek ini justru kemudian mampu merubah citra masyarakat terhadap layanan ojek motor menjadi layanan tranportasi yang aman, nyaman, serta jujur dalam pricing .      Meski demikian , kesuksesan Go-jek ini bukan tanpa rintangan. Juni 2015 lalu, ramai di sosial media yang menceritakan perla

Inovasi Batik Kreasi KATUNA

Jogja sudah cukup terkenal sebagai kota "ladang batik". Di sisi lain, kreativitas juga merupakan hal yang kental di kota ini. Katuna, sebuah produk batik dari Jogjakarta yang memiliki inovasi berbeda dalam kreasi desainnya telah hadir menambah warna dalam industri kreatif di Jogja.       Yuvita seorang alumnus Institut Seni Indonesia telah mengembangkan brand Katuna sejak 2013. Bersama sang suami, Yuvita menyadari bahwa persaingan industri kreatif terutama untuk produk batik sangatlah tinggi di Jogja ini. Untuk itu, sepasang suami istri ini berpikir bahwa produk Katuna yang mereka kembangkan haruslah memiliki diferensiasi sehingga memiliki positioning yang kuat serta target pasar yang tepat.       Akhirnya, Katuna dikembangkan dengan ciri utama sebagai batik dengan teknik Shibori, sebuah teknik membatik khas Jepang yang kurang lebih proses pembuatannya adalah dengan cara celup-ikat. Teknik ini juga lebih dikenal dengan sebutan Tie-Dye. Sumber: fanpage "Katuna

Pelanggan Adalah (Bukan) Raja

Bisa dikatakan, analogi "pelanggan adalah raja" is so last season . Menjadi seorang marketer, saat ini tidak harus melulu memperlakukan customer-nya sebagai raja. Ada hal esensial lain guna menjaga hubungan dengan customer dalam jangka panjang yakni dengan menjadikan pelanggan atau customer sebagai partner atau mitra.       "Pelanggan adalah raja" lebih menggambarkan bahwa keinginan pelanggan adalah prioritas utama. Ibarat seorang raja, maka permintaan pelanggan adalah absolut. Dalam dunia marketing terkini, proses interaksi tersebut sudah tidak terlalu valid untuk dijalankan. Dengan mengajak pelanggan menjadi mitra atau partner lebih membuat ikatan jangka panjang dalam interaksi hubungan bisnis di antara marketer dengan pelanggannya.       Menjadi mitra bagi sebuah brand/ produk berarti pelanggan merasa menjadi bagian dari brand itu, dia ingin "mitra"nya ini selalu bersahabat dengannya, ketika ditemukan kekurangan maka si pelanggan akan memberika