Langsung ke konten utama

Apalah Arti Sebuah Nama (Merek) ?


Sebutkan apa yang ada dalam benak Anda ketika mendapat daftar informasi sebagai berikut:

  • Obat masuk angin
  • Sabun pencuci piring
  • Deterjen pakaian
Apakah Anda menjawab: Tolak Angin, Sunlight dan Rinso? Atau setidaknya daftar merek itu yang ada di benak penulis ketika mendapatkan daftar informasi tersebut di atas. Sekarang coba kita berandai-andai ketika kita sudah bertemu dan berkenalan dengan seseorang namun ketika bertemu kembali, orang tersebut tidak ingat dengan nama kita. Walaupun suasana tersebut akan menjadi an awkward moment, tidak ada salahnya bagi kita untuk kembali memperkenalkan diri, itulah yang disebut bagian dari fungsi marketing. 
     Bisa dibilang ini adalah sebuah kesuksesan ketika sebuah nama merek berada dalam top of mind audiens. David Aaker dalam buku Managing Brand Equity mendefinisikan nama merek sebagai indikator utama dari merek serta dasar bagi awareness pelanggan terhadap merek dan usaha komunikasi yang dilakukan perusahaan terhadap merek.
      Kevin Keller dalam buku Strategic Brand Management menjabarkan enam prosedur pembuatan nama merek perusahaan sbb:
  1. Define branding objectives. Tujuan merek harus memenuhi kriteria seperti: apakah namanya mudah dipahami? apakah sudah mencerminkan klasifikasi produk? apakah sudah koherens dengan logo? apakah sudah sah secara hukum dan hak cipta? Hal-hal tersebut menjadi penting karena harus dapat mendefinisikan makna dari merek yang akan diambil.
  2. Generating as many names and concept. Bagian ini adalah proses pengumpulan nama sebanyak mungkin dari berbagai sumber potensial seperti: karyawan, agensi iklan, konsumen, manajemen perusahaan dll.
  3. Name screening based on the branding and marketing objecives. Menyeleksi daftar nama yang telah dikumpulkan berdasarkan klasifikasi berikut: tidak bermakna ganda, mudah diucapkan, tidak melanggar hap cipta merek perusahaan lain, sesuai dengan positioning produk.
  4. Collecting more extensive information of screened names. Pada tahap ini perlu dicarikan data pendukung terhadap nama-nama yang terpilih pada tahap sebelumnya. Misal nama tersebut dalam berbagai bahasa Internasional tetap berasosiasi positif sesuai dengan ekspektasi dan value dari produk.
  5. Consumer research. Riset pasar dilakukan untuk mengkonfirmasi ekspektasi manajemen yang menginginkan nama yang mudah serta memiliki makna. Cara sederhana untuk tes pasar ini dengan menunjukkan produk ke konsumen (kemasa, manfaat, harga) sehingga konsumen dapat memahami nama merek.
  6. Name choosing that maximized the firm's branding. Tahap final adalah memilih nama yang tepat sesuai dengan tujuan pemasaran dan meningkatkan corporate branding. 
Sumber:
Aaker, D.A. Managing Brand Equity. Free Press: 1991
Keller, Kevin. Strategic Brand Management. Prentice Hall: 1998
Handayani, Desi., Andrizal, dkk. Brand Operation (The Official Markplus Institute of Marketing
        Academy Coursebook). Esensi - Erlangga Group: 2010

Sumber gambar:
http://www.seputarukm.com/ini-nih-tips-membuat-merek-bisnis-yang-baik/




Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan

HIPERSEMIOTIKA

Berbicara mengenai hipersemiotika, akan menjadi terasa terlampau jauh apabila belum menguraikan mengenai apa itu semiotika. Dimulai dari Umberto Eco yang mendefinisikan semiotika sebagai sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu untuk berdusta (lie). Maksud definisi Umberto Eco tersebut adalah “bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya sesuatu tersebut juga tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, sehingga pada dasarya tidak dapat digunakan untuk mrngungkapkan apa-apa”. Merujuk pada apa yang dinyatakan Umberto Eco tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain sebagai teori kedustaan, semiotika juga menjadi sebuah teori kebenaran.         Sebagai teori kedustaan sekaligus teori kebenaran,  semiotika digunakan untuk mempelajari tanda yang ada dalam segala aspek sosial untuk mengungkap kedustaan atau kebenaran itu sendiri. Hal ini berkorelasi dengan apa yang dijelaskan oleh Ferdinand de Saussure yang menyampaikan bahwa semiotika mer

Cara Bercerita Leonie, Tako & Ruth Lewat Cupcakestory

  Pepatah lama pernah mengatakan “say it with flower!” Tapi sekarang, tiga ibu kreatif bernama Leonie, Ruth dan Tako dapat mengganti pepatah tersebut dengan “say it with cupcake!” Sebab produk cupcake dengan brand Cupcakestory yang mereka kreasikan memang menyajikan kue dalam wadah kecil – cup – yang dihiasi dekorasi penuh cerita sesuai dengan keinginan pemesannya, dikemas secara personal. Lalu, bagaimana usaha unik ini terbentuk dan apa latar belakang ketiga perempuan ini? Berawal dari Leonie, yang berlatar belakang wirausaha coffeeshop dan homestay yang ingin menjadi lebih produktif di masa pandemi. Perempuan bernama lengkap Leonie Maria Christianti ini sebenarnya sudah lebih dari satu dekade berkutat dengan dunia cupcake decorating namun belum pernah dibranding secara lebih serius. Saat pandemi muncul di quarter kedua 2020, Leonie memaksimalkan potensinya dengan mengadakan kelas online mendekorasi cupcake dan masih tanpa brand. Aktivitas yang dikerjakan Leonie membuat dua rekannya