Langsung ke konten utama

Sharing for Caring?


Setiap kali kita berinteraksi dengan internet, senantiasa kita menerima sajian berbagai macam informasi yang dibagikan (sharing) oleh netizen yang berada dalam ruang lingkup sosial kita di dunia maya, baik kontak di email, chat, ataupun media sosial. Bagi sebagian dari kita, informasi yang dibagikan tersebut bisa saja bermanfaat, biasa saja atau tidak berpengaruh namun bisa juga terasa mengganggu. 
     Terlepas dari apa latar belakang atau tujuan netizen untuk membagikan informasi melalui internet, mari kita coba kenali tipe-tipe sharer atau pembagi informasi di internet berikut:
  1. HIPSTER: Tipikal sharer yang sering ambil andil dalam istilah kekinian. Semua informasi yang dianggap nge-hits atau kekinian menjadi objek yang sangat digandrungi kaum hipster untuk dibagikan. Kebanyakan dari mereka merasa penting untuk ikut membahas topik yang sedang ramai diperbincangkan, apapun itu mulai dari gaya hidup, keluarga hingga politik.
  2. CAREERIST: Tipikal sharer yang peduli untuk menginformasikan hal-hal yang berhubungan dengan dunia karir seperti tips bekerja efektif, lowongan pekerjaan dan lain-lain. Saluran yang biasa mereka gunakan antara lain email dan media sosial seperti Linkedin.
  3. ALTRUIST: Tipikal sharer yang membagi informasi secara tersegmentasi. Sharer jenis ini benar-benar selektif untuk membagikan informasi hanya kepada pihak yang sesuai untuk menerima informasi tersebut. Oleh sebab itu, Altruist lebih memilih untuk membagikan informasi melalui email.
  4. SELECTIVE: Hampir mirip dengan altruist, hanya saja tipikal selective masih mau membagi informasi di media sosial, hanya saja dia banyak melakukan kroscek akan keabsahan informasi yang dibagikan olehnya.
  5. BOOMERANGS: Sharer jenis ini memang memiliki tendensi secara khusus untuk menyebarkan isu yang dikemas dalam bentuk informasi propagandis. Sehingga segala informasi yang disampaikannya digunakan untuk mengukur dampak yang dihasilkan dari penyebaran informasi tersebut.
  6. CONNECTOR: Tipikal sharer yang merasa perlu membagi informasi kepada netizen yang dianggap "senasib" dengannya. Misalkan ibu-ibu yang sama-sama sedang menyusui, lalu membagi info tentang tips menyusui kepada ibu-ibu yang lain di akun media sosialnya. Biasanya tipikal ini tidak hanya terhubung di dunia maya tapi juga di dunia nyata.
Berdasar berbagai jenis sharer tersebut, kita perlu mengklasifikasikan informasi yang seperti apa sih yang tersebar di media sosial/ email kita. Dengan demikian, kita akan mampu lebih cerdas untuk meliterasi setiap informasi yang kita dapatkan.

Sumber:
http://wersm.com/why-do-we-share-a-post-on-social-media/
http://www.statpro.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan

HIPERSEMIOTIKA

Berbicara mengenai hipersemiotika, akan menjadi terasa terlampau jauh apabila belum menguraikan mengenai apa itu semiotika. Dimulai dari Umberto Eco yang mendefinisikan semiotika sebagai sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu untuk berdusta (lie). Maksud definisi Umberto Eco tersebut adalah “bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya sesuatu tersebut juga tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, sehingga pada dasarya tidak dapat digunakan untuk mrngungkapkan apa-apa”. Merujuk pada apa yang dinyatakan Umberto Eco tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain sebagai teori kedustaan, semiotika juga menjadi sebuah teori kebenaran.         Sebagai teori kedustaan sekaligus teori kebenaran,  semiotika digunakan untuk mempelajari tanda yang ada dalam segala aspek sosial untuk mengungkap kedustaan atau kebenaran itu sendiri. Hal ini berkorelasi dengan apa yang dijelaskan oleh Ferdinand de Saussure yang menyampaikan bahwa semiotika mer

Cara Bercerita Leonie, Tako & Ruth Lewat Cupcakestory

  Pepatah lama pernah mengatakan “say it with flower!” Tapi sekarang, tiga ibu kreatif bernama Leonie, Ruth dan Tako dapat mengganti pepatah tersebut dengan “say it with cupcake!” Sebab produk cupcake dengan brand Cupcakestory yang mereka kreasikan memang menyajikan kue dalam wadah kecil – cup – yang dihiasi dekorasi penuh cerita sesuai dengan keinginan pemesannya, dikemas secara personal. Lalu, bagaimana usaha unik ini terbentuk dan apa latar belakang ketiga perempuan ini? Berawal dari Leonie, yang berlatar belakang wirausaha coffeeshop dan homestay yang ingin menjadi lebih produktif di masa pandemi. Perempuan bernama lengkap Leonie Maria Christianti ini sebenarnya sudah lebih dari satu dekade berkutat dengan dunia cupcake decorating namun belum pernah dibranding secara lebih serius. Saat pandemi muncul di quarter kedua 2020, Leonie memaksimalkan potensinya dengan mengadakan kelas online mendekorasi cupcake dan masih tanpa brand. Aktivitas yang dikerjakan Leonie membuat dua rekannya