Langsung ke konten utama

Pasarpolis.com, Solusi Di Tengah Pasar yang Meragu


Kehadiran teknologi dalam memudahkan kehidupan sehari-hari membuat sebagian besar entitas bisnis bergerak mengikuti perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir begitu pesat perkembangan berbagai lini bisnis yang masuk ke ranah teknologi, tidak terkecuali bisnis financial atau yang kini kerap disebut Fintech (Financial Technology). Fintech diharapkan dapat memudahkan masyarakat dalam mengelola maupun mempermudah transaksi dalam kehidupan sehari-hari seperti pembayaran e-commerce, transportasi, asuransi, dan berbagai macam kebutuhan yang berkenaan dengan pembayaran.

Hal pertama apa yang pertama kali Anda pikirkan jika mendengar asuransi? kebingungan memilih dan membandingkan berbagai macam asuransi atau justru kesal karena ditawarkan asuransi yang tidak Anda butuhkan saat ini? . Asuransi sendiri di Indonesia telah hadir sekitar tahun 1920-1940an , pada masa tersebut  kebutuhan masyarakat cenderung berbeda dengan kebutuhan asuransi pada saat ini. Jika dahulu kelangsungan bisnis merupakan salah satu hal utama maka perusahaan asuransi pada saat itu cenderung membantu para pemilik bisnis untuk menghadapi risiko yang mungkin akan terjadi pada bisnis mereka. Berbeda dengan sekarang, asuransi jauh lebih fleksibel dan banyak macamnya.



Risiko yang mungkin terjadi pada setiap orang membuat perusahaan asuransi berlomba menghadirkan solusi untuk masyarakat agar dapat membantu mereka yang memiliki rasa khawatir pada berbagai hal. Asuransi yang paling umum seperti asuransi kesehatan dan asuransi properti, serta berbagai macam produk asuransi yang  semakin berkembang mengikuti kebutuhan masyarakat. Begitu banyaknya perusahaan asuransi ternyata justru menghadirkan "masalah baru" untuk masyarakat, yakni kebingungan untuk membandingkan secara cepat dan mudah. Pasarpolis.com mengakomodir masyarakat yang ingin membandingkan dan memilih produk asuransi. Secara sederhana pasarpolis menghubungkan calon pengguna asuransi dengan penyedia layanan asuransi.

Keberadaan fintech asuransi seharusnya disambut baik oleh para pengguna yang masih ragu untuk menggunakan jasa asuransi. Pengguna tidak akan lagi dipersulit dengan berbagai macam brosur yang justru lebih membingungkan belum lagi perhitungan premi yang sama membingungkannya dengan benefit yang akan didapat. keberadaan pasarpolis.com contohnya akan menampilkan biaya premi secara realtime.
  


Pasarpolis.com hingga saat ini menjadi satu-satunya platform yang memudahkan masyarakat untuk membandingkan produk dari berbagai macam ansuransi, mungkin jika dibandingkan dengan platform yang mirip adalah cekaja.com, situs pembanding kartu kredit. Hingga saat ini pasarpolis.com telah bekerjasama dengan lebih dari 20 brand penyedia asuransi yang dengan berbagai pilihan layanan seperti asuransi kesehatan, kendaraan, kecelekaan diri, properti, jiwa dan perjalanan.

Jika pada umumnya pengguna akan dibingungkan dari agen-agen marketing perusahaan asuransi, berbeda dengan pasarpolis.com. Pengguna yang ingin menggunakan asuransi kesehatan misalnya cukup memasukan tanggal kelahiran mereka maka kebutuhan asuransi yang dibutuhkan  akan muncul berbagai paket seusai dengan jasa penyedia asuransi. Tampilan visual di pasarpolis.com sangat memudahkan pengguna untuk membandingkan antara satu penyedia dengan penyedia lain, tentu saja hal ini akan menguntungkan pengguna dalam hal kecepatan memilih. Pasarpolis.com selain menghadirkan kemudahan menggunakan platform yang disediakan , pasarpolis.com juga menghadirkan layanan via customer service sehingga pengguna juga dapat dengan mudah berkonsultasi secara langsung.


Pertumbuhan pengguna smartphone di Indonesia yang mencapai angka 125 juta memberikan angin segar terhadap bisnis yang sedang beradaptasi ke ranah digital. Salah satunya tentu bisnis asuransi yang masuk dalam kategori financial technology. Apalagi dengan nilai pasar asuransi di Indonesia yang ditaksir senilai $300.000.000 di tahun 2018.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Bercerita Leonie, Tako & Ruth Lewat Cupcakestory

  Pepatah lama pernah mengatakan “say it with flower!” Tapi sekarang, tiga ibu kreatif bernama Leonie, Ruth dan Tako dapat mengganti pepatah tersebut dengan “say it with cupcake!” Sebab produk cupcake dengan brand Cupcakestory yang mereka kreasikan memang menyajikan kue dalam wadah kecil – cup – yang dihiasi dekorasi penuh cerita sesuai dengan keinginan pemesannya, dikemas secara personal. Lalu, bagaimana usaha unik ini terbentuk dan apa latar belakang ketiga perempuan ini? Berawal dari Leonie, yang berlatar belakang wirausaha coffeeshop dan homestay yang ingin menjadi lebih produktif di masa pandemi. Perempuan bernama lengkap Leonie Maria Christianti ini sebenarnya sudah lebih dari satu dekade berkutat dengan dunia cupcake decorating namun belum pernah dibranding secara lebih serius. Saat pandemi muncul di quarter kedua 2020, Leonie memaksimalkan potensinya dengan mengadakan kelas online mendekorasi cupcake dan masih tanpa brand. Aktivitas yang dikerjakan Leonie membuat dua rekannya

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan

HIPERSEMIOTIKA

Berbicara mengenai hipersemiotika, akan menjadi terasa terlampau jauh apabila belum menguraikan mengenai apa itu semiotika. Dimulai dari Umberto Eco yang mendefinisikan semiotika sebagai sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu untuk berdusta (lie). Maksud definisi Umberto Eco tersebut adalah “bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya sesuatu tersebut juga tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, sehingga pada dasarya tidak dapat digunakan untuk mrngungkapkan apa-apa”. Merujuk pada apa yang dinyatakan Umberto Eco tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain sebagai teori kedustaan, semiotika juga menjadi sebuah teori kebenaran.         Sebagai teori kedustaan sekaligus teori kebenaran,  semiotika digunakan untuk mempelajari tanda yang ada dalam segala aspek sosial untuk mengungkap kedustaan atau kebenaran itu sendiri. Hal ini berkorelasi dengan apa yang dijelaskan oleh Ferdinand de Saussure yang menyampaikan bahwa semiotika mer