Langsung ke konten utama

Mens Rea Dalam Publik Internal (1)


Menjaga hubungan dengan publik di lingkungan internal sebuah organisasi juga menjadi peran penting seorang public relation. Penulis yang tertarik dengan istilah hukum, mencoba mengeksplorasi tantangan bagi seorang public relation ketika mendapati itikad yang tidak baik di lingkungan publik internal. 


Itikad merupakan hal yang sangat berhubungan dengan mentalitas seseorang, inilah yang disebut dalam istilah hukum sebagai Mens Rea, yakni mental negatif atau sikap batin untuk mendukung seseorang melakukan tindakan (kejahatan) (Zainal Abidin Farid, 1995). Karena Mens Rea yang dibahas di sini erat hubungannya dengan publik internal, kita ketahui dulu bahwa publik internal adalah semua elemen yang mempengaruhi secara langsung dalam keberhasilan perusahaan seperti  karyawan, manajer, supervisor, pemegang saham, dewan direksi perusahaan dan sebagainya. 

Pembahasan dalam artikel ini akan mengacu pada Mens Rea dari jajaran pemegang saham serta dewan direksi. Bila di lingkungan karyawan yang sering muncul adalah sikap batin (mens rea) untuk bersaing dengan work peers, belum tentu di kalangan pemegang saham dan dewan direksi yang tampak "nyaman" di posisi bos tidak ada persaingan.

Seorang public relation akan berupaya menyatukan berbagai visi pemegang saham supaya dewan direksi dapat meneruskannya sebagai misi untuk dijalankan secara strategis beserta tim di perusahaan tersebut. Penyatuan visi ini adalah cara seorang PR menegasikan mens rea (berusaha meminimalisir kepentingan pribadi masing-masing pemegang saham) demi keberlangsungan atau sustainability perusahaan. Tak bisa dipungkiri seorang pemegang saham ketika memiliki antusiasme untuk menanamkan modal tentu berharap tingkat profitabilitas perusahaan tempat dia menanam saham dapat berjalan sesuai kehendaknya dengan peran direksi sebagai "panglima"nya. 

Memang dengan pembentukan visi dan misi organisasi akan menjadi landasan utama bagi seorang PR untuk mengembalikan semua kepentingan yang muncul dari sikap batin masing-masing pemegang saham supaya tetap sejalur dengan kesepakatan semua pihak yang mendukung jalannya sebuah perusahaan. Hanya saja tingkat fluktuatif likuiditas perusahaan, mau tidak mau akan mempengaruhi kemunculan mens rea di kalangan mereka. Seorang PR wajib mendengarkan segala "celoteh" pemegang saham dan dewan direksi tentang ideologi mereka untuk perkembangan perusahaan, bersikaplah netral dan telaah bahwa setiap mens rea dalam ideologi yang mereka sampaikan itu harus dihilangkan (negasi). Kemudian usulkan sebuah kesepakatan dan berikan penjelasan argumentatif bahwa draft kesepakatan tersebut adalah sumbangsih dari pemikiran setiap pemegang saham serta dewan direksi untuk perkembangan perusahaan. 

"Ketegangan Mens Rea" akan acapkali ditemui oleh praktisi PR dalam agenda Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Bila sebuah perusahaan sudah terbiasa dengan corporate culture yang nyaman seperti dominannya karakter kekeluargaan, ketegangan itu pasti tidak akan berlangsung lama dan mens rea akan pudar dengan sendirinya.

Daftar Pustaka

Abidin, A. Zainal. Hukum Pidana I. Sinar Grafika. Jakarta: 1995

http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-eksternal-public-relations-dan-internal-public-relations-lengkap/


       

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan

HIPERSEMIOTIKA

Berbicara mengenai hipersemiotika, akan menjadi terasa terlampau jauh apabila belum menguraikan mengenai apa itu semiotika. Dimulai dari Umberto Eco yang mendefinisikan semiotika sebagai sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu untuk berdusta (lie). Maksud definisi Umberto Eco tersebut adalah “bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya sesuatu tersebut juga tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, sehingga pada dasarya tidak dapat digunakan untuk mrngungkapkan apa-apa”. Merujuk pada apa yang dinyatakan Umberto Eco tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain sebagai teori kedustaan, semiotika juga menjadi sebuah teori kebenaran.         Sebagai teori kedustaan sekaligus teori kebenaran,  semiotika digunakan untuk mempelajari tanda yang ada dalam segala aspek sosial untuk mengungkap kedustaan atau kebenaran itu sendiri. Hal ini berkorelasi dengan apa yang dijelaskan oleh Ferdinand de Saussure yang menyampaikan bahwa semiotika mer

Langkah Forriz Hotel, Sejalan Dengan Perkembangan Bisnis di Yogyakarta

Yogyakarta kini, selain masih kental dengan julukan kota pelajar dan budaya juga sudah berkembang menjadi kota bisnis. Majemuk-nya masyarakat yang tinggal maupun berkunjung di Jogja telah membuka banyak peluang potensi bisnis dan juga wisata, tak terkecuali industri ramah-tamah seperti perhotelan. Forriz hotel adalah salah satu bagian yang turut andil dalam merespon potensi bisnis di kota yang juga dikenal dengan kota sejuta kenangan. Dimiliki oleh PT Forriz Sentral Gemilang, hotel yang terletak di Jln. HOS Cokroaminoto No. 60 Pakuncen, Yogyakarta ini hadir memenuhi permintaan pasar industri ramah-tamah di Yogyakarta mulai bulan Juni 2017 silam. Saat itu Forriz hotel melakukan soft opening pada tanggal 26 Juni 2017 guna merespon permintaan pasar pada momentum lebaran di tahun tersebut. Sebagai hotel bisnis dengan peringkat bintang 3+, Forriz hotel memiliki fasilitas sebanyak 116 kamar dengan klasifikasi superior, deluxe dan suite. Untuk mendukung aktivitas bisnis,  disedi