Langsung ke konten utama

Tantangan Public Relations Dalam Disrupsi Digital


Begitulah judul talkshow yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Komunikasi - Universitas Mercu Buana Yogyakarta di hotel Dafam Fortuna Seturan pada Minggu, 3 Juni 2018. Talkshow yang sekaligus digabung dengan acara buka puasa ini dihadiri sekitar enam puluh mahasiswa dan alumni FIKOM UMBY.

Tiga pembicara dihadirkan dalam kesempatan tersebut yakni Daru Wibowo selaku ketua Perhumas Yogyakarta, Khairul Anwar sebagai perwakilan H3Y (Himpunan Humas Yogyakarta sekaligus MarComm Manager Royal Ambarrukmo dan Ardhi Widjaya - Managing Partners Ardhi Widjaya & Co - PR & MarComm Consulting.

Daru Wibowo banyak memaparkan tentang perubahan perilaku sebelum dan sesudah disrupsi digital. Seperti contoh jaman dulu, penanda tempat makan yang enak adalah banyak kalendernya. Namun sekarang orang akan lebih banyak mempercayai ulasan di google, trip advisor maupun portal sejenis lainnya.

Khairul Anwar menjelaskan tentang pentingnya eksposisi visual baik fotografi maupun video sebagai sarana pemasaran brand di dunia digital. Beliau banyak menjelaskan contoh yang digunakan oleh Royal Ambarrukmo, Hotel Tentrem dan juga Hyatt Regency.

Untuk melengkapi ketiga pembicara, Ardhi Widjaya menyampaikan tentang cara pengiriman pesan kepada netizen melalui dunia digital. Hal tersebut dapat diupayakan dengan pembuatan konten blog dan caption social media yang menarik. Selain itu pemilihan influncer atau KOL (Key Opinion Leader) di social media selayaknya tidak hanya mempertimbangkan nominal subscriber atau follower-nya saja, tapi sejauh mana influencer tersebut memiliki engagement yang tinggi dengan para followernya.

Kristina Andriyani, M.Ikom selaku Kaprodi FIKOM UMBY menyampaikan bahwa talkshow ini adalah bagian dari eksplorasi kemampuan komunikasi mahasiswa dalam ruang lingkup Public Relations. Hal itu meliputi dari koordinasi dalam perancangan event, komunikasi relasi dengan vendor dan juga event management.

Komentar

Anonim mengatakan…
Hеy There. I found your bllg the usage of msn. This iss a very nesatly written article.

I will make sure to bookmark iіt and coje back to learn eхtra
of your usefuⅼ information. Thanks for thhe post.
I'll definitely return.

Postingan populer dari blog ini

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan

HIPERSEMIOTIKA

Berbicara mengenai hipersemiotika, akan menjadi terasa terlampau jauh apabila belum menguraikan mengenai apa itu semiotika. Dimulai dari Umberto Eco yang mendefinisikan semiotika sebagai sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu untuk berdusta (lie). Maksud definisi Umberto Eco tersebut adalah “bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya sesuatu tersebut juga tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, sehingga pada dasarya tidak dapat digunakan untuk mrngungkapkan apa-apa”. Merujuk pada apa yang dinyatakan Umberto Eco tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain sebagai teori kedustaan, semiotika juga menjadi sebuah teori kebenaran.         Sebagai teori kedustaan sekaligus teori kebenaran,  semiotika digunakan untuk mempelajari tanda yang ada dalam segala aspek sosial untuk mengungkap kedustaan atau kebenaran itu sendiri. Hal ini berkorelasi dengan apa yang dijelaskan oleh Ferdinand de Saussure yang menyampaikan bahwa semiotika mer

Cara Bercerita Leonie, Tako & Ruth Lewat Cupcakestory

  Pepatah lama pernah mengatakan “say it with flower!” Tapi sekarang, tiga ibu kreatif bernama Leonie, Ruth dan Tako dapat mengganti pepatah tersebut dengan “say it with cupcake!” Sebab produk cupcake dengan brand Cupcakestory yang mereka kreasikan memang menyajikan kue dalam wadah kecil – cup – yang dihiasi dekorasi penuh cerita sesuai dengan keinginan pemesannya, dikemas secara personal. Lalu, bagaimana usaha unik ini terbentuk dan apa latar belakang ketiga perempuan ini? Berawal dari Leonie, yang berlatar belakang wirausaha coffeeshop dan homestay yang ingin menjadi lebih produktif di masa pandemi. Perempuan bernama lengkap Leonie Maria Christianti ini sebenarnya sudah lebih dari satu dekade berkutat dengan dunia cupcake decorating namun belum pernah dibranding secara lebih serius. Saat pandemi muncul di quarter kedua 2020, Leonie memaksimalkan potensinya dengan mengadakan kelas online mendekorasi cupcake dan masih tanpa brand. Aktivitas yang dikerjakan Leonie membuat dua rekannya