Langsung ke konten utama

Kalau Ditanya Bisnis Apa, Mungkin Omar Akan Jawab "Ah saya cuma buka Warkop"

 

instagram.com/omar.k.prawiranegara

Dear mas Omar Karim Prawiranegara,

Satu pertanyaan yang ingin kami tanyakan buat mas Omar di awal adalah: Kalau mas Omar masak Indomie buat pelanggan warung-nya apa terasa lebih nikmat daripada mereka masak sendiri di rumah? Karena mitos tersebut berlaku lho mas untuk warung-warung Indomie yang bertebaran di Indonesia, khususnya di Jawa. Kalau iya, salut nih, you serve Indomie to the next level at NYC!

Kami dari Ardhi Widjaya & Co selaku PR & MarComm consulting yang ada di Jogja ikut merasa greget-nya sewaktu melihat ada warung jualan varian menu Indomie di New York khususnya di daerah Manhattan sejak Maret 2022, baru saja ya! Makanya kami mencoba menulis surat terbuka ini, siapa tahu mas Omar ada kesempatan membacanya kelak. Sembari berimajinasi semisal mas Omar mudik lalu ditanya tetangga “Di Amerika emang mas Omar usaha apa sih?” lalu mas Omar dengan santuy menjawab “Ah saya cuma buka warkop kok”.

Hal berikutnya yang juga ingin kami tanyakan adalah kenapa menggunakan identitas “WARKOP” which stands for Warung Kopi, padahal menu utama yang ditawarkan adalah mie instan? Tapi sepertinya banyak konsumen tidak memedulikan pemilihan nama warung mas Omar dan rekan pendirinya yakni mas Teguh Chandra karena sudah berasa “hype” terlebih dahulu dengan konsep yang diusung. Sebab, di Indonesia, konsep warung yang seperti mas Omar dan mas Teguh buat itu disebut Warmindo – Warung Makan Indomie.

Namun kalau kami boleh sampaikan sedikit analisis ala kadarnya, pemilihan brand WARKOP NYC ini memiliki beberapa latar belakang dan tujuan, seperti:

1.  Karena sebelumnya mas Omar sempat berbisnis kopi yang juga memiliki outlet tidak hanya di Jabodetabek dan Bandung tapi juga sampai ke area Washington DC dengan brand Dua Coffee. Jadi kami lihat penamaan Warkop ini diarahkan untuk relate dengan pemahaman implisit: this is Omar expertise. Tentu publik akan lebih yakin untuk datang ke WARKOP NYC karena mas Omar is really comfy to do this business, as well.

2.  Melihat postingan di Instagram @warkopnyc, terdapat video singkat om Indro Warkop yang menyampaikan dukungannya terhadap pembukaan WARKOP NYC. Setahu kami penamaan “WARKOP” untuk kepentingan komersil memang telah menjadi hak merek milik Warkop DKI, grup lawak yang membesarkan nama Om Indro beserta dua rekannya: Kasino dan Dono. Sehingga kami berpikir, mas Omar pasti begitu totalitas untuk “mendapatkan” lisensi nama Warkop dari tokoh senior tersebut. Tentunya dengan konsep legal yang lebih “firmed” akan membuat branding WARKOP NYC makin nyaman dan leluasa. Apalagi sangat dimungkinkan setelah makin dikenalnya WARKOP NYC, ke depannya mas Omar dan rekan akan membuat WARKOP LA, WARKOP DC dan kota-kota lain di USA.  

Memang surat terbuka kami ini lebih ingin mengulik WARKOP NYC dari segi branding. Walaupun to be honest kami juga penasaran sih dengan cara mas Omar Karim Prawiranegara dan mas Teguh Chandra membuat proposal bisnis dan bernegosiasi dengan investor untuk pengembangan bisnis ini yakni Ditto Percussion dan istrinya Ayudia Bing Slamet. Last words at this moment to WARKOP NYC: sukses selalu!

 

Sincerely yours

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan

Langkah Forriz Hotel, Sejalan Dengan Perkembangan Bisnis di Yogyakarta

Yogyakarta kini, selain masih kental dengan julukan kota pelajar dan budaya juga sudah berkembang menjadi kota bisnis. Majemuk-nya masyarakat yang tinggal maupun berkunjung di Jogja telah membuka banyak peluang potensi bisnis dan juga wisata, tak terkecuali industri ramah-tamah seperti perhotelan. Forriz hotel adalah salah satu bagian yang turut andil dalam merespon potensi bisnis di kota yang juga dikenal dengan kota sejuta kenangan. Dimiliki oleh PT Forriz Sentral Gemilang, hotel yang terletak di Jln. HOS Cokroaminoto No. 60 Pakuncen, Yogyakarta ini hadir memenuhi permintaan pasar industri ramah-tamah di Yogyakarta mulai bulan Juni 2017 silam. Saat itu Forriz hotel melakukan soft opening pada tanggal 26 Juni 2017 guna merespon permintaan pasar pada momentum lebaran di tahun tersebut. Sebagai hotel bisnis dengan peringkat bintang 3+, Forriz hotel memiliki fasilitas sebanyak 116 kamar dengan klasifikasi superior, deluxe dan suite. Untuk mendukung aktivitas bisnis,  disedi

HIPERSEMIOTIKA

Berbicara mengenai hipersemiotika, akan menjadi terasa terlampau jauh apabila belum menguraikan mengenai apa itu semiotika. Dimulai dari Umberto Eco yang mendefinisikan semiotika sebagai sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu untuk berdusta (lie). Maksud definisi Umberto Eco tersebut adalah “bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya sesuatu tersebut juga tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, sehingga pada dasarya tidak dapat digunakan untuk mrngungkapkan apa-apa”. Merujuk pada apa yang dinyatakan Umberto Eco tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain sebagai teori kedustaan, semiotika juga menjadi sebuah teori kebenaran.         Sebagai teori kedustaan sekaligus teori kebenaran,  semiotika digunakan untuk mempelajari tanda yang ada dalam segala aspek sosial untuk mengungkap kedustaan atau kebenaran itu sendiri. Hal ini berkorelasi dengan apa yang dijelaskan oleh Ferdinand de Saussure yang menyampaikan bahwa semiotika mer