Langsung ke konten utama

Esensi Public Speaking Versi Ayu Kusuma



Berani bicara di depan publik, modal ini masih kurang jika seseorang ingin memiliki kemampuan public speaking yang mumpuni. Mari kulik pandangan dari Ayu Kusuma, seorang konsultan Public Relations yang kami temui di waktu ketika beliau baru saja mengisi sesi in-house training untuk klien korporat yang sedang ditangani.

Perempuan dengan nama lengkap Ayu Kusumaningtyas yang mengembangkan jasa konsultan PR-nya bernama Secel sejak 2017 ini, memiliki perhatian khusus terhadap esensi public speaking untuk kepentingan komunikasi korporasi. Dalam pengalaman yang dimilikinya, Ayu mengajak para praktisi Public Relations di berbagai institusi untuk memahami konsep public speaking secara utuh demi peran efektif PR sebagai spokesperson perusahaan.

 Esensi public speaking yang diajarkan oleh Ayu Kusuma, secara ringkas meliputi beberapa unsur sebagai berikut:

  1. Komunikasi non verbal - hal ini mewakili beberapa elemen yang tampak secara visual bahkan sebelum seorang spokesperson berbicara. Yakni outfit yang dikenakan, ekspresi mimik serta gesture (gerak tubuh yang ditunjukkan). Apa yang kita kenakan mewakili tema yang akan kita sampaikan begitu pula ekspresinya. Jangan sampai saat kita menyampaikan informasi tentang kedukaan, kita menggunakan pakaian dengan warna merona dan ekspresi yang ceria. Maksud hati ingin menghibur yang sedang berduka, namun secara citra justru terlihat tidak memiliki simpati atas suasana yang sedang terjadi.
  2. Komunikasi verbal - adalah cara seorang spokesperson memilih kata-kata dalam berbicara. Disarankan memilih kata yang sederhana sehingga banyak orang akan lebih mudah mengerti makna yang disampaikan. Dinamika nada dan intonasi suara yang disampaikan juga harus disesuaikan dengan jenis informasi yang disampaikan.

Berbagai hal yang dituangkan Ayu Kusuma di setiap materi training public speaking, selain dari pengalaman selama menjadi konsultan, juga dibangun dari ilmu yang didapat ketika mengawali karir kehumasan bidang perhotelan sejak 2007. Itupun, Ayu masih haus akan berbagai informasi terkini dengan bergabung dalam organisasi APPRI (Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia). Di organisasi ini, Ayu banyak mendapat akses untuk berbagai acara yang memperkaya pengalaman sekaligus memberikan peluang baginya menambah portofolio project konsultansi Public Relations.

 






Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan

HIPERSEMIOTIKA

Berbicara mengenai hipersemiotika, akan menjadi terasa terlampau jauh apabila belum menguraikan mengenai apa itu semiotika. Dimulai dari Umberto Eco yang mendefinisikan semiotika sebagai sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu untuk berdusta (lie). Maksud definisi Umberto Eco tersebut adalah “bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya sesuatu tersebut juga tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, sehingga pada dasarya tidak dapat digunakan untuk mrngungkapkan apa-apa”. Merujuk pada apa yang dinyatakan Umberto Eco tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain sebagai teori kedustaan, semiotika juga menjadi sebuah teori kebenaran.         Sebagai teori kedustaan sekaligus teori kebenaran,  semiotika digunakan untuk mempelajari tanda yang ada dalam segala aspek sosial untuk mengungkap kedustaan atau kebenaran itu sendiri. Hal ini berkorelasi dengan apa yang dijelaskan oleh Ferdinand de Saussure yang menyampaikan bahwa semiotika mer

Cara Bercerita Leonie, Tako & Ruth Lewat Cupcakestory

  Pepatah lama pernah mengatakan “say it with flower!” Tapi sekarang, tiga ibu kreatif bernama Leonie, Ruth dan Tako dapat mengganti pepatah tersebut dengan “say it with cupcake!” Sebab produk cupcake dengan brand Cupcakestory yang mereka kreasikan memang menyajikan kue dalam wadah kecil – cup – yang dihiasi dekorasi penuh cerita sesuai dengan keinginan pemesannya, dikemas secara personal. Lalu, bagaimana usaha unik ini terbentuk dan apa latar belakang ketiga perempuan ini? Berawal dari Leonie, yang berlatar belakang wirausaha coffeeshop dan homestay yang ingin menjadi lebih produktif di masa pandemi. Perempuan bernama lengkap Leonie Maria Christianti ini sebenarnya sudah lebih dari satu dekade berkutat dengan dunia cupcake decorating namun belum pernah dibranding secara lebih serius. Saat pandemi muncul di quarter kedua 2020, Leonie memaksimalkan potensinya dengan mengadakan kelas online mendekorasi cupcake dan masih tanpa brand. Aktivitas yang dikerjakan Leonie membuat dua rekannya