Langsung ke konten utama

Seksualitas Dalam Iklan Dior Homme


      Sophistication merupakan kemasan utama yang ingin disajikan pada produk parfum Dior Homme, itulah sebabnya kenapa produk Dior Homme selalu menyajikan endorser pria-pria dengan gaya rapi dengan menggunakan setelan jas dan sepatu fantofel layaknya yang ditampilkan pada endorser sebelumnya seperti Jude Law dan yang terkini Robert Pattinson.

Melalui tampilan model yang elegan memberi maksud pada auidens bahwa Dior Homme merupakan produk yang sesuai dengan pria-pria elegan: menyukai setelan klasik, mobil dengan tampilan berkelas dan tentu saja penampilan pribadi menggoda.
Parfum sendiri tampil sebagai sebuah produk yang mampu membuat pemakainya tampil lebih bergaya melalui aroma yang dipancarkannya. Aroma yang muncul dari tubuh seseorang juga dapat memunculkan imajinasi bagi orang lain yang menciumnya termasuk imajinasi yang berhubungan dengan kegairahan seksual seperti yang diungkapkan teori Freud berikut: "Dari mana datangnya ketegangan seksual yang muncul bersamaan dengan kepuasan zona rangsangan, serta apa yang menjadi sifat dasar ketegangan tersebut masih belum dapat dijelaskan. Anggapan yang ada, bahwa ketegangan ini berasal dari kenikmatan itu sendiri, tidak saja mustahil tetapi juga tidak dapat dipertahankan, karena selama  berlangsungnya kenikmatan terbesar yang berkaitan dengan pengosongan zat-zat seksual, tidak terjadi produksi ketegangan melainkan pelepasan ketegangan. Dengan demikian, kenikmatan dan ketegangan seksual hanya dapat dihubungkan secara tidak langsung"
Penulis akan mencoba membahas satu persatu yang mengkorelasikan antara parfum Dior Homme, iklan dan seksualitas serta Robert Pattinson dengan Camille Rowe sebagai pemeran pendukung dalam iklan tersebut.

Dior Homme
      Merupakan parfum keluaran rumah fashion tertua di dunia: Dior yang ditujukan untuk pria yang ingin menonjolkan sisi maskulinnya. Parfum ini terbuat dari aroma Virgina Cedar dan wewangian akar kayu. Aroma tumbuhan dan kayu yang diberikan oleh Dior Homme selain memunculkan sisi maskulin juga mampu meningkatkan kepercayaan diri pemakainya termasuk dalam memunculkan seduction atau godaan terhadap para perempuan.

Seksualitas dalam Iklan Dior Homme
       Hal ini jelas sekali tergambar pada beberapa adgennya seperti ciuman, pemeran pendukung perempuan (Camille Rowe) yang menunjukkan agresifitasnya serta bagian kaki dan paha yang terekspos.

       Reichert & Lambiase (2003) menyebutkan bahwa ada 5 jenis cara mensisipkan unsur-unsur seksual di dalam iklan, yaitu:

1. Nudity/dress
Menampilkan model dengan pakaian yang vulgar

2.Sexual behavior
Perilaku yang menjurus ke arah seksual, seperti, pose dan gerakan tubuh yang ‘menggoda’. Adapun interaksi antar 2 orang atau lebih yang menjurus ke arah perilaku seksual, seperti memeluk, mencium, dan hal-hal lainnya yang menjurus.

3. Physical attractiveness
Ketertarikan fisik yang ditonjolkan dengan kecantikan/keanggunan dari si fisik si model yang seksi.

4. Sexual referents Menampilkan suasana yang menampilkan arti ‘seksualitas’. Seperti setting cahaya yang remang-remang atau musik yang merepresentasikan keseksian (biasanya musik jazz tertentu).

5. Sexual embeds
Konten yang diinterpretasikan secara seksual oleh alam bawah sadar kita. Seperti benda-benda yang jauh dari kesan seksual namun dapat dikonotasikan sebagai salah satu bagian tubuh pria/wanita

Robert Pattinson & Camille Rowe
       Camille Rowe adalah sosok model muda asal Perancis kelahiran tahun 90 yang digambarkan menjadi selera para pria pemakai parfum Dior Homme. Lalu kenapa Dior memilih Robert Pattinson untuk menjadi endorser terbaru parfum Dior Homme? 
       Menurut penulis, alasan dipilihnya Robert Pattinson karena public mengenal Pattinson dalam film-filmnya (terutama sebagai vampire dalam Trilogi Twilight Saga), muncul sebagai tokoh pria yang selalu berpenampilan rapi dan menggoda tokoh-tokoh perempuan dalam film tersebut, contoh lain ada di film Cosmopolis serta Water for The Elephant. Hal ini dirasa sesuai dengan positioning yang dibangun oleh Dior Homme sebagai parfum bagi pria rapi berpenampilan klasik yang menggoda.
Berbicara mengenai seksualitas dalam iklan, menurut penulis, memang sebaiknya ada ikatan antara seksualitas dengan produk yang diusung konsep kreatifnya dalam sebuah iklan. Bila memang Dior Homme ditujukan untuk membangkitkan gairah seksual orang lain yang mencium aroma parfum tersebut dari si pemakainya maka memasukkan unsur seksualitas dalam iklan parfum Dior Homme sudah sesuai dengan positioning yang diusung merk tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Freud, Sigmund. 1910. Three Contributions to The Sexual Theory. Journal of Nervous and Mental Disease Publishing Company
Reichert, T. & Lambiase, J. 2003. Sex in Advertising: Perspectives on the Erotic Appeal. USA: Routledge

http://en.wikipedia.org/wiki/Nan_Goldin diakses pada Senin, 12 Mei 2014 pukul 14.23
http://en.wikipedia.org/wiki/Romain_Gavras diakses pada Senin, 12 Mei 2014 pukul 14.25


Komentar

Gema Parfum mengatakan…
Terima kasih infonya gan.
Lumayan buat nambah elmu.

Gema Parfum
Tentang Gema Parfum.

----------


Postingan populer dari blog ini

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan

Langkah Forriz Hotel, Sejalan Dengan Perkembangan Bisnis di Yogyakarta

Yogyakarta kini, selain masih kental dengan julukan kota pelajar dan budaya juga sudah berkembang menjadi kota bisnis. Majemuk-nya masyarakat yang tinggal maupun berkunjung di Jogja telah membuka banyak peluang potensi bisnis dan juga wisata, tak terkecuali industri ramah-tamah seperti perhotelan. Forriz hotel adalah salah satu bagian yang turut andil dalam merespon potensi bisnis di kota yang juga dikenal dengan kota sejuta kenangan. Dimiliki oleh PT Forriz Sentral Gemilang, hotel yang terletak di Jln. HOS Cokroaminoto No. 60 Pakuncen, Yogyakarta ini hadir memenuhi permintaan pasar industri ramah-tamah di Yogyakarta mulai bulan Juni 2017 silam. Saat itu Forriz hotel melakukan soft opening pada tanggal 26 Juni 2017 guna merespon permintaan pasar pada momentum lebaran di tahun tersebut. Sebagai hotel bisnis dengan peringkat bintang 3+, Forriz hotel memiliki fasilitas sebanyak 116 kamar dengan klasifikasi superior, deluxe dan suite. Untuk mendukung aktivitas bisnis,  disedi

HIPERSEMIOTIKA

Berbicara mengenai hipersemiotika, akan menjadi terasa terlampau jauh apabila belum menguraikan mengenai apa itu semiotika. Dimulai dari Umberto Eco yang mendefinisikan semiotika sebagai sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu untuk berdusta (lie). Maksud definisi Umberto Eco tersebut adalah “bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya sesuatu tersebut juga tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, sehingga pada dasarya tidak dapat digunakan untuk mrngungkapkan apa-apa”. Merujuk pada apa yang dinyatakan Umberto Eco tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain sebagai teori kedustaan, semiotika juga menjadi sebuah teori kebenaran.         Sebagai teori kedustaan sekaligus teori kebenaran,  semiotika digunakan untuk mempelajari tanda yang ada dalam segala aspek sosial untuk mengungkap kedustaan atau kebenaran itu sendiri. Hal ini berkorelasi dengan apa yang dijelaskan oleh Ferdinand de Saussure yang menyampaikan bahwa semiotika mer