Langsung ke konten utama

Poise...


Adalah sebuah kata yang mengibaratkan ketenangan penuh dengan gaya. Poise juga melambangkan kepercayaan diri tinggi yang mampu memotivasi sekelilingnya. Setidaknya itu menurutku. Lalu, bagaimana menempelkan label Poise pada diri kita?

Start Our Day With Smile
Itu kunci pertama di saat kita bangun tidur, hindari menyalakan tv yang berisikan infotainment pagi atau berita kerusuhan yang membuat kening kita berkerut. Nyalakan mp3 atau radio yang berisikan lagu – lagu riang seperti I’ll be there for you dari The Rembrandts atau Friday I’m in Love miliknya The Cure. Jadikan lagu – lagu riang untuk mengiringi aktifitas awal kita di pagi hari seperti sarapan dan minum teh, susu atau kopi.

Problem? Gimme more...
Ini memang perlu latihan ekstra dan konsistensi: menjadi multi tasking sekaligus problem solver. Kerjaan bertubi – tubi, orang tua menelepon, sahabat curhat melalui instant messenger dalam satu waktu tentu akan membuat kebanyakan orang pusing dan lebih memilih defensif sehingga terkesan sok sibuk dengan mengatakan ke orang tua atau sahabat yang ingin ngobrol dengan kita dengan kata – kata “aku sibuk banget nih” . Jika ingin label Poise melekat di diri kita, perlihatkan style kita yang penuh ketenangan. Perhitungkan skala prioritas dan selesaikan satu – satu. Pekerjaan, adalah sumber penghidupan (pendapatan untuk kelangsungan hidup saat ini), buatlah pengaturan yang praktis untuk penyelesainnya. Bila di tengah – tengah proses itu ibu kita menelepon, kita bisa bilang “Hai ma.... mama lagi nyantai ya sekarang? Mmm kalo jam 12 ntar aku telpon balik gimana? Si adik baik – baik aja kok, dia kliatan gampang adaptasi sama temen – temen kuliahnya, ntar aku ceritain lebih banyak deh ma soal adek, soalnya bos bisa melotot nih, hehe...”. Di saat yang sama juga, ada sahabat yang lagi ingin curhat lewat IM. Sahabat yang baik biasanya akan menanyakan dulu “sibuk ga?” Meski memang benar kita sibuk, tapi tidak ada salahnya menjawab seperti ini “Iya nih, tapi buru – buru mau gw kelarin. Knapa lu? Ada masalah? Lu drop aja via chat, ntar gw cermatin crita lu, ini gw kelarin kerjaan dulu... take it easy, be my guess ” Kecuali kalau kita benar – benar sibuk, kita bisa membuat IM invisible, mudah kan?! Yang penting adalah, kemampuan menyelesaikan setiap masalah mulai dari sekecil apapun akan makin mematangkan kita. Sehingga kita bisa muncul menjadi pribadi dengan pembawaan yang lebih mature.

Act as if A –Not It- Person
Bergaya cupu atau nampak tidak tahu apa – apa di tengah – tengah komunitas baru juga penting. Tidak peduli anggapan anggota komunitas tersebut bahwa kita adalah orang yang culun dan tidak paham dengan hal – hal yang mereka bicarakan. Justru ini adalah hal termudah bagi kita untuk mengenail siapa mereka dan seperti apa mereka sebenarnya. Karena biasanya dalam komunitas seperti ini, satu sama lain saling show off dan tanpa mereka sadari (karena berpikir kita culun dan tidak tahu apa – apa) kita justru bisa memegang poin penting tentang karakteristik mereka. Tapi hal ini juga bukan berarti kita pasang tampang bengong. Tetap senyum dan pasang mata berbinar – binar tapi tidak perlu banyak bicara dan show off seperti mereka.

Me Time
Sediakan waktu menyendiri untuk sekedar menikmati diri sendiri seperti mengakses media sosial, berbelanja, menonton dvd atau apapun tergantung kesenangan masing – masing pribadi. Dan jangan lupa sediakan waktu untuk berpikir tentang segala hal yang sudah kita lakukan entah itu baik atau buruk (introspeksi).

Dunia Sosialita
Meski kita perlu waktu untuk menikmati diri sendiri tapi bukan berarti kita tidak bergaul. Tentang dunia sosialita, kita tidak perlu untuk menjadi selebritis dengan mendekati kaum – kaum jet set sehingga tampak mewah dan penuh gaya: Itu bukan Poise tapi Poison (racun) sebab hanya memberi tampilan glitter di permukaan tapi menggerogoti kesadaran moral dan dedikasi mental. Dunia sosialita bisa kita bentuk sendiri dan tidak harus identik dengan dunia selebritas. Berkolonilah dengan rekan – rekan yang benar – benar “seiman” buatlah forum – forum diskusi yang menarik via tagging foto pada jejaring sosial kita, buat pesta kecil dengan konsep pengumpulan dana untuk amal. Koloni seperti ini dimungkinkan memiliki karakter yang “terbuka” sehingga siapa saja tidak akan enggan untuk bergabung sehingga terbentuk “sosialita positif” yang lebih besar lagi.

Cost & Worth are Significantly Different Things
Pada bagian ini merupakan penyeimbang ketika kita ingin tampil penuh gaya. Tidak bisa dipungkiri, sesuatu hal akan menjadi prestigious apabila secara kasat mata terlihat “wow”. Tapi ingat, supaya tampilan atau lifestyle kita tersebut tidak hanya tampil di permukaan atau sekedar untuk gaya – gaya-an saja (Poison) kita harus benar – benar punya prinsip yang bijak tentang perhitungan Cost (biaya) secara runtut dan runut. Intinya seberapa bernilai (worth it) ketika kita akan mengeluarkan budget untuk bergaya. Apakah itu akan memunculkan respon positif dan membangun diri kita secara material, emosional dan spiritual ataukah justru memunculkan tekanan batin (detrimental effect)?

I Can Do The Best and This What They Are Waiting for
Seseorang yang membiasakan memberi label Poise pada dirinya, biasanya muncul menjadi subjek kredibel untuk tampil di garis depan dalam berbagai macam hal, entah dalam dunia kerja (paling sering), pertemanan atau juga keluarga. Meski muncul kemungkinan rasa tidak percaya diri dalam diri kita ketika harus tampil di garis depan, gunakan mantra ajaib dengan mengatakan ini pada diri kita “I can do the best and this what they are waiting for”. Percayalah, dengan begitu, mereka akan melihat diri kita muncul di garis depan dengan POISE.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan

Langkah Forriz Hotel, Sejalan Dengan Perkembangan Bisnis di Yogyakarta

Yogyakarta kini, selain masih kental dengan julukan kota pelajar dan budaya juga sudah berkembang menjadi kota bisnis. Majemuk-nya masyarakat yang tinggal maupun berkunjung di Jogja telah membuka banyak peluang potensi bisnis dan juga wisata, tak terkecuali industri ramah-tamah seperti perhotelan. Forriz hotel adalah salah satu bagian yang turut andil dalam merespon potensi bisnis di kota yang juga dikenal dengan kota sejuta kenangan. Dimiliki oleh PT Forriz Sentral Gemilang, hotel yang terletak di Jln. HOS Cokroaminoto No. 60 Pakuncen, Yogyakarta ini hadir memenuhi permintaan pasar industri ramah-tamah di Yogyakarta mulai bulan Juni 2017 silam. Saat itu Forriz hotel melakukan soft opening pada tanggal 26 Juni 2017 guna merespon permintaan pasar pada momentum lebaran di tahun tersebut. Sebagai hotel bisnis dengan peringkat bintang 3+, Forriz hotel memiliki fasilitas sebanyak 116 kamar dengan klasifikasi superior, deluxe dan suite. Untuk mendukung aktivitas bisnis,  disedi

HIPERSEMIOTIKA

Berbicara mengenai hipersemiotika, akan menjadi terasa terlampau jauh apabila belum menguraikan mengenai apa itu semiotika. Dimulai dari Umberto Eco yang mendefinisikan semiotika sebagai sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu untuk berdusta (lie). Maksud definisi Umberto Eco tersebut adalah “bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya sesuatu tersebut juga tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, sehingga pada dasarya tidak dapat digunakan untuk mrngungkapkan apa-apa”. Merujuk pada apa yang dinyatakan Umberto Eco tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain sebagai teori kedustaan, semiotika juga menjadi sebuah teori kebenaran.         Sebagai teori kedustaan sekaligus teori kebenaran,  semiotika digunakan untuk mempelajari tanda yang ada dalam segala aspek sosial untuk mengungkap kedustaan atau kebenaran itu sendiri. Hal ini berkorelasi dengan apa yang dijelaskan oleh Ferdinand de Saussure yang menyampaikan bahwa semiotika mer