Langsung ke konten utama

Bukan Absolutisme “Sabda Pandita Ratu”


Ilustrasi gambar: Louis XIV sebagai pencetus absolutisme

Ini tentang menerapkan jurisprudensi dalam politik di dunia kerja. Jurisprudensi sendiri merupakan istilah hukum dimana putusan - putusan yang diputuskan dalam pengadilan dan dinilai kuat sehingga dianggap sama kekuatannya dengan undang – undang. Melalui tulisan ini, aku mencoba menganalogikan keberadaan jurisprudensi di dalam dunia kerja demi tercapainya profesionalism satisfaction.

Jurisprudensi dalam dunia kerja aku asumsikan sebagai pernyataan personal yang mampu dijadikan sebagai acuan kinerja orang lain. Namun yang perlu digaris bawahi di sini adalah fungsinya yang bukan bagian dari absolutisme karena tujuan utamanya adalah untuk kepuasan profesionalisme. Kepuasan profesionalisme sendiri mampu memunculkan output yang optimal untuk: peningkatan kinerja, efektifitas penggunaan sarana prasarana official dan kepuasan pelanggan.

Bagaimana Mengolahnya?

1.    BELAJAR DARI PENGALAMAN – Ya memang ini kunci utamanya. Jangan takut menjadi multi tasking mendapatkan presur tinggi atau hal – hal menantang dan sedikit “menyebalkan” lainnya dalam dunia kerja, hadapi dan coba selesaikan semuanya secara rapi. Dengan begini, kita mempunyai banyak pengalaman yang bisa kita arsipkan. Sebab, penyampaian nasihat, solusi atau tindakan alternatif ke staf atau rekan kerja tidak dapat sampi secara efektif tanpa kita menyertakan contoh kasus “serupa” yang sudah pernah kita alami sebelumnya.

2.    ING MADYA MANGUN KARSA – yang berarti pemimpin yang berada di tengah – tengah. Jadi penting untuk memposisikan diri sebagai pendamping, bukan “atasan” sehingga staf kita merasa aman kita bisa dekat dengan mereka.

3.    DELEGASIKAN TUGAS – menjadi pimpinan juga harus pandai mendelegasikan tugas supaya staf-nya akan naik self esteemnya karena merasa dipercaya. Kita tidak harus tahu dan bisa melakukan semua hal yang harus dikerjakan staf, tapi kita harus bisa mengelola potensi mereka dan memberikan solusi dari masalah kinerja yang mereka hadapi.

4.    MENDEM JERO MIKUL DHUWUR – Ini penting sekali dilakukan oleh semua level karyawan. Jangan sekali – sekali kita mengumbar kekesalan terhadap rekan satu tim pada divisi lain yang berseberangan karena akan membuat kita dianggap tidak kompeten. Jangankan mampu menciptakan jurisprudensi, di dengarkan aspirasinya saja akan sulit. Jadi, jelek dan bagusnya tim adalah milik bersama.
Mari kita mencoba mengolah empat poin tersebut dan semoga membuat kita lebih mudah untuk meminta orang di lingkungan kerja untuk melakukan apa yang kita inginkan tanpa mereka merasa diperintah melainkan akan merasa bahwa mereka itu: eksis, kapabel dan kredibel.
Apabila menginginkan sharing dan coaching mengenai Jurisprudensi atau penanganan conflict of interest lingkungan kerja dalam Bahasa Inggris silakan hubungi Ardhi Widjaya & Co. melalui hotline 081 392 081 312 atau messenger: ardhi_widjaya

Komentar

Anonim mengatakan…
Hey, I am checking this blog using the phone and this appears to be kind of odd. Thought you'd wish to know. This is a great write-up nevertheless, did not mess that up.

- David

Postingan populer dari blog ini

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan

HIPERSEMIOTIKA

Berbicara mengenai hipersemiotika, akan menjadi terasa terlampau jauh apabila belum menguraikan mengenai apa itu semiotika. Dimulai dari Umberto Eco yang mendefinisikan semiotika sebagai sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu untuk berdusta (lie). Maksud definisi Umberto Eco tersebut adalah “bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya sesuatu tersebut juga tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, sehingga pada dasarya tidak dapat digunakan untuk mrngungkapkan apa-apa”. Merujuk pada apa yang dinyatakan Umberto Eco tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain sebagai teori kedustaan, semiotika juga menjadi sebuah teori kebenaran.         Sebagai teori kedustaan sekaligus teori kebenaran,  semiotika digunakan untuk mempelajari tanda yang ada dalam segala aspek sosial untuk mengungkap kedustaan atau kebenaran itu sendiri. Hal ini berkorelasi dengan apa yang dijelaskan oleh Ferdinand de Saussure yang menyampaikan bahwa semiotika mer

Langkah Forriz Hotel, Sejalan Dengan Perkembangan Bisnis di Yogyakarta

Yogyakarta kini, selain masih kental dengan julukan kota pelajar dan budaya juga sudah berkembang menjadi kota bisnis. Majemuk-nya masyarakat yang tinggal maupun berkunjung di Jogja telah membuka banyak peluang potensi bisnis dan juga wisata, tak terkecuali industri ramah-tamah seperti perhotelan. Forriz hotel adalah salah satu bagian yang turut andil dalam merespon potensi bisnis di kota yang juga dikenal dengan kota sejuta kenangan. Dimiliki oleh PT Forriz Sentral Gemilang, hotel yang terletak di Jln. HOS Cokroaminoto No. 60 Pakuncen, Yogyakarta ini hadir memenuhi permintaan pasar industri ramah-tamah di Yogyakarta mulai bulan Juni 2017 silam. Saat itu Forriz hotel melakukan soft opening pada tanggal 26 Juni 2017 guna merespon permintaan pasar pada momentum lebaran di tahun tersebut. Sebagai hotel bisnis dengan peringkat bintang 3+, Forriz hotel memiliki fasilitas sebanyak 116 kamar dengan klasifikasi superior, deluxe dan suite. Untuk mendukung aktivitas bisnis,  disedi