Langsung ke konten utama

25/8


Dalam hitungan waktu secara normal, kita biasa mengenal 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Namun, kehidupan menjadi berbeda manakala komunikasi berada dalam tools yang sangat mutakhir sehingga memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan banyak orang dalam waktu singkat dan efektif. Hal tersebut tak terkecuali untuk memicu kita sebagai manusia untuk terpaku pada sarana mutakhir teknologi komunikasi tersebut yang seolah-olah mengorientasikan kita untuk selalu dekat dengannya selama 25/8 atau seolah-olah 25 jam sehari dan 8 hari selama seminggu karena intensitas yang begitu tinggi untuk dekat dengan alat-alat tersebut.     
     Sebut saja smartphone seperti blackberry, windowsphone, Android phone yang tidak hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi yang merujuk pada arti etimologi-nya saja yaitu “phone”. Saat ini telepon genggam semacam itu sudah bertransformasi sebagai sarana berkomunitas dan juga bekerja yang memudahkan akses komunikasi penggunanya dengan banyak pengguna sarana yang sama di area yang jauh jaraknya dalam waktu relatif singkat.     
     BBM atau Blackberry Messenger misalnya, melalui chat group di BBM, kita dapat menyebarkan satu pesan kepada seluruh anggota di grup tersebut. Ketika digunakan untuk agenda meeting dengan kolega hal tersebut lebih fungsional daripada sekedar SMS broadcast karena dapat difungsikan sekalian untuk conference chat.     
     Lalu bagaimana ketika kebutuhan tidak hanya sekedar berbincang-bincang melalui chat atau conference room? Ketika seorang pengguna telepon seluler dengan akses internet mulai membutuhkan membaca data yang dilampirkan melalui email, akhirnya muncul juga Windowsphone sehingga memudahkan penggunanya untuk menerima email kemudian membaca data yang berformat office. Sedangkan keberadaan telepon seluler dengan perangkat lunak Android merupakan alternative yang kompetitif di pasar smartphone.    
     Lelucon yang saat ini sering dilontarkan oleh kebanyakan orang yang sudah berbaur dengan teknologi komunikasi mutakhir adalah “HP semacam nyawa kedua” karena memang banyak hal semacam berinteraksi baik secara kasual atau secara resmi dalam lingkup pekerjaan banyak terbantu oleh hasil teknologi komunikasi bertajuk telepon seluler pintar ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan

HIPERSEMIOTIKA

Berbicara mengenai hipersemiotika, akan menjadi terasa terlampau jauh apabila belum menguraikan mengenai apa itu semiotika. Dimulai dari Umberto Eco yang mendefinisikan semiotika sebagai sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu untuk berdusta (lie). Maksud definisi Umberto Eco tersebut adalah “bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya sesuatu tersebut juga tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, sehingga pada dasarya tidak dapat digunakan untuk mrngungkapkan apa-apa”. Merujuk pada apa yang dinyatakan Umberto Eco tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain sebagai teori kedustaan, semiotika juga menjadi sebuah teori kebenaran.         Sebagai teori kedustaan sekaligus teori kebenaran,  semiotika digunakan untuk mempelajari tanda yang ada dalam segala aspek sosial untuk mengungkap kedustaan atau kebenaran itu sendiri. Hal ini berkorelasi dengan apa yang dijelaskan oleh Ferdinand de Saussure yang menyampaikan bahwa semiotika mer

Cara Bercerita Leonie, Tako & Ruth Lewat Cupcakestory

  Pepatah lama pernah mengatakan “say it with flower!” Tapi sekarang, tiga ibu kreatif bernama Leonie, Ruth dan Tako dapat mengganti pepatah tersebut dengan “say it with cupcake!” Sebab produk cupcake dengan brand Cupcakestory yang mereka kreasikan memang menyajikan kue dalam wadah kecil – cup – yang dihiasi dekorasi penuh cerita sesuai dengan keinginan pemesannya, dikemas secara personal. Lalu, bagaimana usaha unik ini terbentuk dan apa latar belakang ketiga perempuan ini? Berawal dari Leonie, yang berlatar belakang wirausaha coffeeshop dan homestay yang ingin menjadi lebih produktif di masa pandemi. Perempuan bernama lengkap Leonie Maria Christianti ini sebenarnya sudah lebih dari satu dekade berkutat dengan dunia cupcake decorating namun belum pernah dibranding secara lebih serius. Saat pandemi muncul di quarter kedua 2020, Leonie memaksimalkan potensinya dengan mengadakan kelas online mendekorasi cupcake dan masih tanpa brand. Aktivitas yang dikerjakan Leonie membuat dua rekannya