Memilih jalan dalam dunia karir dan
bisnis ibarat memakai sepasang sepatu. Ketika kita masih bekerja di perusahaan
milik orang lain, ini seperti kita melangkah dengan menggunakan sepatu
pinjaman. Kadang sepatu pinjaman itu bisa saja tidak pas (kekecilan atau
kebesaran), bisa saja bau-nya tidak enak atau justru sepatu pinjaman itu
terlalu bagus sehingga kita harus ekstra hati-hati supaya sepatu bagus itu
jangan sampai kotor atau rusak hingga membuat pemiliknya kecewa terhadap kita.
Stand by our own boots: Membuat kita
merasa makin mantap dalam melangkah, karena kaki terasa nyaman dengan
menggunakan sepatu milik kita sendiri. Bayangkan bila kita meminjam sepatu
dengan ukuran yang kurang pas, meski bagus tapi ini membuat tidak hanya kaki
yang tidak nyaman tapi keseluruhan diri kita akan merasa tidak nyaman. Ini
seperti ketika kita bekerja di perusahaan yang sebenarnya bagus namun idealisme
dan konsep tidak sesuai dengan karakter kita, sungguh kondisi yang tidak nyaman
bukan? Nah, ketika sepatu yang kita pinjam ini bau, kaki kita yang tidak
bau-pun jadi ikut bau. Ini seperti kita yang bekerja pada sebuah perusahaan
dengan manajemen yang kurang bagus. Kualitas kerja kita jadinya juga tidak
maksimal dan lagi-lagi rasanya tidak nyaman.
Berbeda
kondisi ketika kita mendapat pinjaman sebuah sepatu yang pas, bersih dan bagus.
Semua orang akan memandang kagum dan kitapun bangga memakainya. Tapi sayang,
sebagus-bagusnya sepatu itu, tetaplah sepasang sepatu pinjaman. Memakai sepatu
pinjaman yang sempurna ini ibarat bekerja di sebuah perusahaan ternama, kita
memang bangga menyandang predikat sebagai karyawan di perusahaan tersebut namun
tetaplah itu bukan perusahaan milik kita.
Lebih
Baik Pakai Sepatu Pinjaman Dulu
Dengan pernah
merasakan kurang nyamannya menggunakan sepatu pinjaman, bagi saya ini akan
menjadi sebuah pembelajaran supaya kita kedepannya mampu mendapatkan sepatu
milik sendiri yang pas dan mantap bila digunakan melangkah.Seperti itulah
membangun sebuah bisnis. Sebelum kita
menentukan untuk membangun usaha sendiri, ada baiknya belajar dengan bekerja
pada perusahaan milik orang lain.
Jenis
perusahaan yang cocok digunakan untuk menggali ilmu adalah jenis perusahaan
seperti sepatu yang ketiga yaitu pas, bersih, bagus namun bukan punya kita
sendiri. Terkadang memang membuat kita menjadi harus begitu berhati-hati
menggunakan sepatu pinjaman yang bagus, seperti pola kerja kita yang akhirnya
diupayakan sebaik mungkin ketika kita dipercaya memegang suatu pekerjaan di sebuah
perusahaan yang bagus. Meski demikian, bukan berarti sepatu bagus yang kita
pakai tidak akan menginjak permen karet di jalan kan? Seperti halnya dengan
masalah pekerjaan yang kemungkinannya selalu saja ada.
Masalah,
sebuah berkah berupa tantangan yang selalu membuat kita naik level ketika
berhasil menyelesaikannya. Yah, meskipun tidak semua masalah bisa diselesaikan
tapi seorang pemenang tidak akan pernah takut untuk menghadapinya. Ini adalah
ciri mental seorang bos. Bagi saya, memiliki mental menjadi bos itu penting.
Awali
memasuki dunia kerja dengan pola pikir “I’m a future leader” dengan begitu kita
akan selalu siap ketika diberi tantangan berupa masalah pekerjaan. Masalah
dalam pekerjaan tidak hanya ditimbulkan oleh pihak-pihak lain tapi bisa juga
oleh diri kita sendiri, why? Because human error does exist! Kita tidak bisa
menyangkal hal itu. Kunci utama yang harus dijalankan adalah: hadapi masalah
itu! Sehingga ketika kita membuat suatu kesalahan dalam melakukan pekerjaan
yang akhirnya menimbulkan kesalahan, kita perlu melakukan introspeksi.
Terus
apa introspeksi saja sudah cukup? Tentu tidak, kita perlu bertindak proaktif
sebagai bukti bahwa kita mampu memperbaiki kesalahan. Belajarlah dari kesalahan,
kemudian tentukan pola kerja baru
sehingga mampu meningkatkan prestasi kerja kita. Dengan demikian, ketika kita
kedepannya dihadapkan masalah-masalah yang lain. Tidak akan terasa berat untuk
meng-handle-nya. Trust me, it works!
Belajar
menjadi bos dengan bekerja di perusahaan milik orang lain akan membuat kita
berpikir untuk selalu dan selalu mencari tantangan baru. Oleh sebab itu, ketika
kita mulai terbiasa menyelesaikan masalah dengan mudah, jangan terlena dengan
zona nyaman tersebut. Ingat, kita masih perlu menantang diri dengan tantangan
yang lebih besar: memiliki sepatu milik kita sendiri, membangun usaha milik
kita sendiri!
Bekerja
di perusahaan juga membuat kita belajar akan pentingnya arti manajemen. Hal
inilah yang perlu kita terapkan ketika mulai membangun usaha sendiri. Justru
sejak usaha yang kita bangun masih kecil, alur manajemen mulai diterapkan,
jangan menunggu usaha kita besar dulu baru berpikir soal manajemen. Kalau sudah
terbiasa mengatur usaha kita dengan pola manajemen yang teratur, tim kita yang
nanti bekerja di perusahaan kita juga akan lebih teratur dan nyaman dalam
bekerja.
Kalau
dulu jaman kerja masih ikut sama orang, kita meyelesaikan masalah pekerjaan
dalam lingkup yang lebih kecil meski saat itu kita sudah jadi direktur sekalipun.
Tapi bagaimanapun juga perusahaannya bukan punya kita, ya kan?! Pola pikir
seorang bos di perusahaan milik sendiri tentu akan menjadi berbeda. Pola pikir
yang perlu dijalankan itu seperti:
1. Bangga
dengan usaha sendiri meski belum terkenal à Atur
strategi supaya bisa outstanding dengan
cepat.
2. Membangun usaha atas dasar ibadah karena kita
beritikad memperluas lapangan pekerjaan dan mengurangi jumlah pengangguran à Kembangkan SDM tim untuk mendukung kemajuan
usaha kita.
3. Membentuk
usaha yang berkontribusi positif terhadap lingkungan, dengan demikian kita akan
diberi dukungan oleh pihak lain dengan mudah.
Semua pola pikir itu bisa kita pelajari ketika
masih bekerja di perusahaan milik orang lain dan harus diterapkan ketika
memulai usaha sendiri.
Buat
saya, jadi bos atas usaha sendiri itu seru, terutama kita bisa eksplor sebebas
mungkin tentang konsep perusahaan yang kita inginkan. Ide jadi terus berkembang
dan hebatnya lagi, ketika perusahaan yang kita bangun sudah memiliki alur
manajemen yang baik maka perlahan-lahan kita bisa percayakan pada orang lain
untuk mengelolanya dan kita tinggal menikmati passive income yang dengan deras mengalir ke rekening tabungan
kita. Nah, biar jadi bos itu tidak asal gaya-gaya’an aja, mental rendah hati
perlu kita jaga sehingga karyawan nyaman, kitapun senang. Lalu, sudah berani
jadi BOS?!
Komentar