Langsung ke konten utama

SELFie yourSELF

Dulu dicibir, sekarang jadi trend. Begitulah Selfie, gaya berfoto memotret diri tanpa bantuan orang lain untuk memotretkan. Sejak facebook mulai  naik daun di tahun 2008, gaya Selfie yang dianggap “annoying” mulai muncul, seperti :
  1. Memonyongkan bibir
  2. Menggembungkan pipi
  3. Mata melirik seksi
  4. Menempelkan telunjuk di pipi/ bibir
  5. Di belakang seat belt mobil
     Kurang lebih ke-lima pose tersebut sempat dianggap “too much” karena satu capture bisa penuh sesak oleh satu muka seseorang saja. Tapi kenapa kebiasaan yang sempat annoying itu sekarang malah “naik pangkat”?

     Mengambil asas: bad influence is easy to influence people, begitu pula dengan Selfie. Orang-orang yang merasa terganggu dengan posting Selfie friendlist di Facebook mereka, mulai mengungkapkan kejengahannya terhadap pose-pose itu. Di tengah-tengah banyak pergunjingan, orang semakin asyik membicarakannya dan tertantang untuk ikutan melakukannya karena ketika pergunjingan bergulir, trend itulah yang muncul. 
     Ketika trend muncul, orang-orang mulai berpikir kreatif untuk memunculkan diferensiasi pose selfie mereka, hingga akhirnya muncul juga sebuah teknologi bernama "Tongsis" alias Tongkat Narsis. kecenderungan "bad influence" inilah yang juga dimanfaatkan oleh sebuah brand untuk mebentuk engagement dengan audience-nya. Sebagai contoh produk provider XL-Axiata yang membuat kontes: Indonesia's Next Top Selfie 2014.

     Menurut penulis sendiri. Beberapa tipe Selfie masih tetap berkesan "annoying", tentu saja yang masih belum bisa move on dari 5 kategori gaya yang penulis sebutkan di atas. Di sisi lain, penulis juga menemukan beberapa Selfie yang artistik dan kreatif dari teman-teman penulis seperti berikut ini:

1. Twitter: @frzk
Si Friska, teman penulis yang bekerja di salah satu perusahaan telco ini memang getol sekali berpose Selfie, salah satu yang cukup tematik adalah foto "Me & My Book" ini.

2. Twitter: @MaafBercanda

Si Dandy Cahyo yang tim kreatif di sebuah agency periklanan sekaligus selebtwit ini memang terbiasa out of the box untuk ide apapun, bahkan untuk SELFIE!

3. Twitter: @InyonkSari
Perempuan pebisnis, inilah teman penulis yang bernama Sari Wahyudi. Siapa bilang Selfie harus memperlihatkan muka? Sari cukup pede dengan bibirnya saja. Dan bahkan foto Selfie-nya ini digunakan untuk mengiklankan bisnis online yang dijalankannya, GOOD!

4. Twitter: @ToniSupomo
Pria metroseksual dan dinamika lajang kota, itu yang menurut penulis ingin digambarkan oleh Toni Supomo melalui foto Selfie-nya ini.

The conclusion is.... terlepas dari kontroversi atau unsur bombastis-nya "Si Selfie", ternyata kalau kita pandai mengolahnya, bisa bermanfaat juga kan buat kita? Thus, go SELFie yourSELF pals ;)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan

Langkah Forriz Hotel, Sejalan Dengan Perkembangan Bisnis di Yogyakarta

Yogyakarta kini, selain masih kental dengan julukan kota pelajar dan budaya juga sudah berkembang menjadi kota bisnis. Majemuk-nya masyarakat yang tinggal maupun berkunjung di Jogja telah membuka banyak peluang potensi bisnis dan juga wisata, tak terkecuali industri ramah-tamah seperti perhotelan. Forriz hotel adalah salah satu bagian yang turut andil dalam merespon potensi bisnis di kota yang juga dikenal dengan kota sejuta kenangan. Dimiliki oleh PT Forriz Sentral Gemilang, hotel yang terletak di Jln. HOS Cokroaminoto No. 60 Pakuncen, Yogyakarta ini hadir memenuhi permintaan pasar industri ramah-tamah di Yogyakarta mulai bulan Juni 2017 silam. Saat itu Forriz hotel melakukan soft opening pada tanggal 26 Juni 2017 guna merespon permintaan pasar pada momentum lebaran di tahun tersebut. Sebagai hotel bisnis dengan peringkat bintang 3+, Forriz hotel memiliki fasilitas sebanyak 116 kamar dengan klasifikasi superior, deluxe dan suite. Untuk mendukung aktivitas bisnis,  disedi

HIPERSEMIOTIKA

Berbicara mengenai hipersemiotika, akan menjadi terasa terlampau jauh apabila belum menguraikan mengenai apa itu semiotika. Dimulai dari Umberto Eco yang mendefinisikan semiotika sebagai sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu untuk berdusta (lie). Maksud definisi Umberto Eco tersebut adalah “bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya sesuatu tersebut juga tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, sehingga pada dasarya tidak dapat digunakan untuk mrngungkapkan apa-apa”. Merujuk pada apa yang dinyatakan Umberto Eco tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain sebagai teori kedustaan, semiotika juga menjadi sebuah teori kebenaran.         Sebagai teori kedustaan sekaligus teori kebenaran,  semiotika digunakan untuk mempelajari tanda yang ada dalam segala aspek sosial untuk mengungkap kedustaan atau kebenaran itu sendiri. Hal ini berkorelasi dengan apa yang dijelaskan oleh Ferdinand de Saussure yang menyampaikan bahwa semiotika mer