Langsung ke konten utama

Social Marketing & Anti Poverty


World Bank menyampaikan hal seperti berikut: kemiskinan adalah hal yang butuh penanganan. Hal ini berarti perlu penanganan dari si kaya terhadap si miskin. Penanganan terhadap kemiskinan merupakan sebuah panggilan supaya lebih banyak orang lagi dapat merasakan cukup makan, mendapat tempat berteduh, pendidikan layak, kesehatan terjamin, perlindungan terhadap kejahatan dan memiliki hak untuk bersuara.
            Saatnya kita melihat apa yang ada di sekitar kita, masih banyak sekali kemiskinan yang belum tertangani dengan baik. Philip Kotler dan nancy R. Lee dalam buku mereka yang berjudul “Up and Out of Poverty: The Social Marketing Solution” menyampaikan fokus pada aspek-aspek upaya penanggulan kemiskinan secara spesifik pada kelaparan, penyakit, pendidikan yang kurang layak, perencanaan keluarga, ketersediaan air bersih dan beberapa hal lainnya.
            Sehubungan dengan isu tersebut, pengembangan pemasaran sosial diperlukan melalui integrasi konsep, sarana dan penerapannya sehingga bisa menjadi bauran penanganan masalah kemiskinan. Sebagai permulaan, kita perlu menyampaikan gambaran mengenai siapa yang berada dalam kemiskinan? Berapa banyak mereka? Di mana mereka tinggal? Dan apa yang menyebabkan mereka mengalami kemiskinan?
            Menurut World Bank, seseorang dianggap miskin apabila mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan dan pendidikan secara layak. Jeffrey Sachs dalam bukunya yang berjudul “The End of Poverty” menyampaikan ada tiga tingkatan dalam kemiskinan yaitu:
1.   Extreme Poverty: yakni orang-orang yang bahkan tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka. Mereka benar-benar kelaparan dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan, kurang mengkonsumsi air bersih, sanitasi yang tidak terjamin, tidak memiliki pendidikan formal dan juga tempat berlindung.
2.    Moderate Poverty: beberapa kebutuhan dasar terpenuhi misal mereka masih memiliki pakaian, tidak mutlak kelaparan, punya tempat tinggal walaupun kurang layak, namun belum mendapatkan pendidikan ataupun pelayanan kesehatan.
3.      Relative Poverty: orang-orang dengan pendapatan di bawah upah minimum yang diterapkan pemerintah namun masih bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Dominasi Kemiskinan Di Dunia
            Lebih dari 90% extreme poor berada di tiga wilayah berikut: Sub-Sahara Afrika, Asia Timur dan Asia Selatan. Pada data statistik tahun 2005, tiga negara termiskin di dunia adalah India, China dan Nigeria. Sedangkan Indonesia berada pada peringkat ke-delapan sebagai negara termiskin di dunia.

Mengapa Kemiskinan Terjadi?
            Berikut adalah beberapa faktor penyebab utama kemiskinan: kesehatan, lingkungan, perekonomian, infrastruktur, pendidikan, sosial dan perencanaan keluarga. Contoh-contohnya antara lain:
·      Kesehatan yang buruk: hal ini mungkin disebabkan tidak didapatkannya pelayanan kesehatan, nutrisi yang cukup, depresi tinggi, tidak mendapat vaksin serta terjangkit wabah atau virus seperti HIV-Aids, malaria dan TBC.
·     Faktor kerusakan lingkungan: seperti terjadinya erosi, penebangan hutan, pencemaran air, perubahan iklim secara drastis dan sebagainya.
·      Kondisi perekonomian yang sulit: seperti banyaknya pengangguran, upah minimum daerah yang rendah dll.
·     Akses pendidikan rendah: anak-anak tidak bisa bersekolah karena harus membantu menopang hidup keluarga.
·       Faktor sosial yang kuat: meliputi kriminalitas, KDRT, perang, diskriminasi RAS dll.
·      Kurangnya perencanaan keluarga: mulai pemilihan agama dan kepercayaan, perancangan jumlah anak dll.

Kenapa Kita Perlu Peduli?
            Beberapa alasan yang membuat kita harus peduli terhadap kemiskinan adalah sebagai berikut:
1.  Kemiskinan berarti menyia-nyiakan hidup. Kehidupan yang seharusnya diisi dengan penuh hal-hal potensial menjadi tidak berjalan dengan baik. Kemiskinan menghambat hubungan masyarakat untuk dapat saling memberikan kontribusi bagi sesamanya.
2.      Kemiskinan mampu menyebarkan demotivasi, bahkan secara ekstrim mampu memunculkan kriminalitas.
3.    Kemiskinan membuat masyarakat mudah terserang penyakit yang tentu saja mengurangi produktivitas mereka.
4.    Kemiskinan membuat seseorang mudah terhasut dan terprovokasi terhadap paham-paham yang akan mengiming-imingi mereka pendapatan lebih.
5.      Mengentaskan kemiskinan membantu kita untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat dunia

Strategi Utama Mengurangi Kemiskinan
1.      Strategi pertumbuhan ekonomi: strategi ini menjadi ukuran untuk meningkatkan perkembangan ekonomi kerakyatan. Dimulai dengan mengoptimalkan usaha rakyat untuk memperluas lapangan pekerjaan.
2.      Strategi redistribusi: strategi ini berupa kemudahan akses bagi masyarakat miskin untuk mendapatkan layanan pendidikan ataupun kesehatan untuk membantu meningkatkan produktivitas mereka.
3.      Bantuan pihak asing: biasanya dikarenakan negara yang terlalu miskin susah untuk mendongkrak kemakmuran rakyatnya sehingga diperlukan bantuan dari pihak negara lain. Bantuan
4.      Mengontrol populasi: ini juga merupakan strategi yang penting, berupa menekan angka kelahiran dengan keluarga berencana.

Konsekuensi Yang Tidak Diingankan Dari Program Pengentasan Kemiskinan
            Sebagian besar program pengentasan kemiskinan dikonsep untuk membantu masyarakat miskin membutuhkan perubahan pola pikir dari masyarakat itu sendiri untuk menerima masukan, merubah pola pikir dan melakukan tindakan perubahan. Dalam upaya perubahan pola pikir ini tentu mereka membutuhkan intervensi yang sesuai. Karena terkadang, upaya baik ini tidak diimbangi dengan perubahan pola pikir masyarakat miskin tersebut sehingga hasil yang dicapai menjadi tidak maksimal.

Kenapa Konsep Pemasaran Perlu Dimasukkan Sebagai Solusi Terhadap Kemiskinan?
            Pemahaman mengenai perencanaan serta penerapan program anti kemiskinan ini perlu sebuah pola pikir strategi pemasaran untuk mengarahkan pola pikir masyarakat miskin tersebut dan bertindak dalam ruang lingkup solusi pengentasan kemiskinan itu sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Stephen Smith dalam bukunya yang berjudul “The Fortune at the Bottom of the Pyramid” perlu dijelaskan kepada masyarakat miskin dalam bahasa yang sederhana mengenai bagaimana pemasaran dapat memicu kesuksesan mereka. Misal, sebelum mereka menginginkan mengkonsumsi sesuatu, mereka harus berpikir untuk membentuk lingkungan sosial yang berbasis kapital, sehingga mereka harus produktif untuk menghasilkan uang termasuk juga mengatur angka kelahiran dan berorientasi pada menjaga kesehatan serta memahami pentingnya arti pendidikan.

Enam hal Utama Untuk Memahami Kemiskinan
1.   Kemiskinan itu terdiri dari grup heterogen: di beberapa negara miskin, masyarakat miskin cenderung menjadi populasi mayoritas meskipun jenis kemiskinan yang mereka alami tidaklah sama. Perlu dipahami juga bahwa kemiskinan memiliki segmen yang berbeda-beda.
2.     Segmen kemiskinan yang berbeda juga memerlukan penanganan yang berbeda: perlu dilakukan penelitian baik secara kualitatif maupun kuantitatif untuk mengetahui segmen kemiskinan yang dialami oleh suatu kelompok masyarakat tertentu.
3.   Masyarakat miskin butuh dukungan berbagai institusi: perlu diketahui bahwa kemiskinan bukanlah semata-mata urusan pemerintah saja. Pemerintah dengan instansi baik negeri maupun swasta harus bersinergi untuk memberantas kemiskinan.
4.     Masyarakat miskin memiliki persepsi yang berbeda mengenai cara merubah pola pikir dan perilaku: sekali lagi perlu dipahami mengenai segmen kemiskinan yang terjadi di suatu masyarakat tertentu sehingga penanganan yang disampaikan dapat tepat sasaran.
5.  Masyarakat miskin sering keluar masuk dalam masalah kemiskinan: pergerakan masyarakat miskin tidaklah statis melainkan dinamis. Kadang mereka bisa mencapai titik kemakmuran namun tidak memiliki pemahaman untuk mempertahankannya sehingga jatuh miskin lagi.
6.    Wajah asli kemiskinan berasal dari masyarakat lokal: kecenderungan kemiskinan lebih banyak dialami oleh masyarakat lokal.

Apakah Pemasaran Sosial Itu?
Pemasaran sosial merupakan sebuah proses yang menggunakan konsep-konsep marketing serta tekniknya untuk membuat, mengkomunikasikan, dan menyampaikan makna untuk mempengaruhi perilaku target sehingga mampu meningkatkan manfaat sosial mereka seperti kesehatan publik, keamanan, lingkungan dan komunitas.
Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai pemasaran sosial antara lain:
1.   Jangan sampai rancu antara pemasaran sosial dengan periklanan sosial. Kampanya seperti dua anak cukup adalah bagian dari periklanan sosial. Keberadaan periklanan sosial sendiri sangat mendukung pemasaran sosial.
2.      Pastikan kepada kolega kita, anggota dewan yang terpilih dan penyantun dana bahwa pemasaran sosial bukanlah sebuah cara manipulasi dari hard-selling.
3.      Memahami bahwa pemasaran sosial itu tidak sama dengan jaringan sosial atau media sosial, walaupun untuk taktik promosi bisa menggunakan jaringan ataupun media sosial sebagai sarananya.
4.      Mengetahui bahwa strategi pemasaran sosial bisa meliputi penyediaan barang-barang seperti obat HIV, logistik dsb.

Prinsip-prinsip Utama Pemasaran Sosial
1.      Fokus pada perilaku:
a.    Mampu dan mau menerima perubahan perilaku seperti menempatkan jaring anti nyamuk di tempat tidur
b.      Menolak perilaku yang tidak diinginkan seperti merokok
c.    Memodifikasi perilaku yang ada saat ini, misla bagi yang terbiasa berganti-ganti pasangan maka harus menggunakan kondom
d.      Menghentikan kebiasaan atau perilaku buruk seperti kecanduan alkohol
2.   Mengenali pola perubahan perilaku: dalam banyak hal, pemasar sosial tidak bisa banyak menjanjikan peningkatan taraf perekonomian masayarakat miskin kalau mereka tidak melakukan perubahan perilaku secara konsisten.
3.   Gunakan prinsip dan teknik marketing tradisional: ingat bahwa pemasaran yang efektif adalah dengan berorientasi pada kebutuhan konsumen. Demikian pula yang harus dilakukan dalam pemasaran sosial.
4.      Pilih dan pengaruhi sebuah target pasar
5.      Pastikan bahwa penerima donasi adalah individu atau kelompok masyarakat dan bukan suatu organisasi profit.

Pemasaran sosial dan perubahan sosial
            Berdasar pada Ross & Mico (1980) bahwa perubahan sosial dapat dibawa melalui berbagai metode yang berbeda. Variasi ini bisa berupa penerimaan pasif atau aktif dari masyarakat tersebut, antara lain:
1.      Penyebaran ide, barang-barang dan layanan kepada masyarakat dengan bantuan publikasi media dan opini para pemimpin
2.      Pengorganisasian konsensus oleh partai politik tertentu
3.      Perencanaan dan atau gerakan politik seperti lobi, legislasi dan kampanye politik
4.      Metode konfrontasi melalui ancaman apabila tidak mencapai kesepakatan
5.      Protes tanpa kekerasan seperti mogok atau pemboikotan
6.      Tindak kekerasan berupa kerusuhan dan revolusi
Untuk membawa perubahan sosial yang lebih baik melalui pemasaran sosial, maka diperlukan sarana-sarana sebagai berikut:
1.  Pendidikan, motivasi dan regulasi: masyarakat miskin perlu diberikan edukasi berupa informasi dan peningkatan keahlian, perlu diberikan motivasi serta advokasi.
2.   Pemasaran sosial dan promosi kesehatan: berupa membuat kebijakan kesehatan publik, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan, menguatkan gerakan komunitas, meningkatkan kemampuan personal dan re-orientasi layanan kesehatan
3.      Pemasaran sosial dan mobilisasi sosial: adanya gerakan perubahan yang dilakukan bersama-sama.

Kesimpulan

            Kemiskinan adalah suatu kondisi yang harus dihadapi bersama dan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, melainkan instansi negeri, instansi swasta, masyarakat umum dan masyarakat miskin itu sendiri. Mengentaskan kemiskinan dapat dilakukan dengan mengambil strategi-strategi dalam ilmu marketing atau pemasaran. Hal ini seperti melakukan perubahan terhadap pola pikir masyarakat miskin dengan menggali latar belakang serta kebutuhan mereka. Dengan demikian pemasar sosial mampu membuat perencanaan dan aksi yang tepat untuk menyelesaikan masalah kemiskinan di suatu lingkungan tertentu untuk mengajak mereka melakukan perubahan bersama-sama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan

Langkah Forriz Hotel, Sejalan Dengan Perkembangan Bisnis di Yogyakarta

Yogyakarta kini, selain masih kental dengan julukan kota pelajar dan budaya juga sudah berkembang menjadi kota bisnis. Majemuk-nya masyarakat yang tinggal maupun berkunjung di Jogja telah membuka banyak peluang potensi bisnis dan juga wisata, tak terkecuali industri ramah-tamah seperti perhotelan. Forriz hotel adalah salah satu bagian yang turut andil dalam merespon potensi bisnis di kota yang juga dikenal dengan kota sejuta kenangan. Dimiliki oleh PT Forriz Sentral Gemilang, hotel yang terletak di Jln. HOS Cokroaminoto No. 60 Pakuncen, Yogyakarta ini hadir memenuhi permintaan pasar industri ramah-tamah di Yogyakarta mulai bulan Juni 2017 silam. Saat itu Forriz hotel melakukan soft opening pada tanggal 26 Juni 2017 guna merespon permintaan pasar pada momentum lebaran di tahun tersebut. Sebagai hotel bisnis dengan peringkat bintang 3+, Forriz hotel memiliki fasilitas sebanyak 116 kamar dengan klasifikasi superior, deluxe dan suite. Untuk mendukung aktivitas bisnis,  disedi

HIPERSEMIOTIKA

Berbicara mengenai hipersemiotika, akan menjadi terasa terlampau jauh apabila belum menguraikan mengenai apa itu semiotika. Dimulai dari Umberto Eco yang mendefinisikan semiotika sebagai sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu untuk berdusta (lie). Maksud definisi Umberto Eco tersebut adalah “bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya sesuatu tersebut juga tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, sehingga pada dasarya tidak dapat digunakan untuk mrngungkapkan apa-apa”. Merujuk pada apa yang dinyatakan Umberto Eco tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain sebagai teori kedustaan, semiotika juga menjadi sebuah teori kebenaran.         Sebagai teori kedustaan sekaligus teori kebenaran,  semiotika digunakan untuk mempelajari tanda yang ada dalam segala aspek sosial untuk mengungkap kedustaan atau kebenaran itu sendiri. Hal ini berkorelasi dengan apa yang dijelaskan oleh Ferdinand de Saussure yang menyampaikan bahwa semiotika mer