Langsung ke konten utama

Tipe Konsumen Berdasar 5 Karakter Anak Dalam Cerita "Charlie & The Chocolate Factory"


Benar memang bila pepatah mengatakan bahwa "pelanggan adalah Raja" namun, raja seperti apakah pelanggan yang kita sebagai orang marketing hadapi sehari-hari? Pelanggan memang bagian dari konsumen, tentunya sebelum menjadi pelanggan, mereka adalah konsumen kita terlebih dahulu. Melalui tulisan ini, penulis ingin mengajak pembaca blog ini untuk mengenali tipe konsumen berdasar 5 karakter anak dalam cerita "Charlie & The Chocolate Factory". 

Augustus Gloop
Tipe Konsumtif - Ini adalah tipe konsumen yang tidak peduli berapa harga dan kualitas produk kita, kalau menurutnya layak dia konsumsi maka dia akan membelinya tanpa pertimbangan apapun. Konsumen tipe ini, membeli produk hanya untuk kepuasan belaka. Misal seorang shopaholic yang memang dia akan terus belanja tanpa suatu alasan apapun, dia hanya suka belanja, that's it!
Tips mengahadapi konsumen seperti ini, tawarkan diskon-diskon menarik dan tetap jangan lupa sampaikan value dari produk kita karena itu juga merupakan bagian dari mengedukasi target market kita.

Veruca Salt
Tipe Penuntut - Dia memiliki standard ekspektasi yang tinggi akan suatu produk atau jasa yang dia konsumsi. Ini adalah tipikal konsumen yang mementingkan value for money, ketika dia spending more money itu berarti dia harus mendapat more value. Ini tipikal konsumen yang apabila komplain sering mengucapkan "Mana manager Anda? saya mau bicara!" atau "Saya ini temannya bosmu!". Ya, dia tidak ingin hanya sekedar komplein dengan staf customer service karena baginya hal tersebut kurang ber-value. Tips menghadapi konsumen seperti ini, tanyakan dengan sopan dan tegas kronologi hal yang dia keluhkan, jangan serta merta menurutinya untuk memanggilkan manager/ supervisor kita kecuali hal tersebut sudah berhubungan dengan masalah kebijakan.

Violet Beauregarde
Tipe Pencela - Contoh peristiwa saja, misal konsumen tipe ini datang di sebuah butik yang sebenarnya lumayan terkenal bagus dan mahal, niatnya kurang jelas apakah untuk membeli atau survey kebutuhannya. Dia akan bilang kepada shopkeeper bahwa barang-barang di butik tersebut itu jauh kualitasnya lebih rendah dibandingkan dengan produk yang dia beli di luar negeri padahal harganya sama atau lebih tinggi butik itu. Pada akhirnya dia hanya akan membeli satu item produk termurah atau bahkan tidak membeli apa-apa.
Biasanya durasi mencela 70% lebih banyak daripada durasi untuk memilih barang. Tips menghadapi konsumen seperti ini, intinya tetap jaga senyum kita dan pertajam product knowledge baik produk sendiri maupun milik kompetitor.

Mike Teavee
Tipe Kepo - Ini konsumen yang kepo secara agresif untuk mendapatkan harga murah, misalnya dengan mengatakan "saya tau lho, suppliermu itu kan di sini to? harga produksi barangmu ini rendah, menang merk doang!". Tips untuk menghadapi konsumen seperti ini, kita harus paham mengenai value produk kita, disampaikan bahwa supplier itu adalah tukang produksi, sedangkan ide dan originalitas itu yang tidak ternilai dan hal itulah yang dimiliki produk kita.



Charlie Bucket
Tipe Cerdas - Enaknya kalau semua konsumen yang kita hadapi seperti Charlie. Dia loyal dan merasa punya ikatan dengan produk kita, sehingga apabila ada kekecewaan dia akan dengan senang hati memberikan masukan, hal ini mirip seperti orang yang sedang dikecewakan kekasihnya, meski kecewa, namun dia tetap mencintainya bukan? Makanya tips menghadapi konsumen seperti ini, kita harus jadi pendengar yang baik, jangan lupa beri special gift atau diskon sebagai ungkapan maaf. Apabila kita apatis menghadapi komplein konsumen seperti ini, siap-siap kita akan ditinggalkannya selamanya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOCIAL JUDGMENT THEORY OLEH MUZAFER SHERIF

Apa yang muncul dalam benak Anda ketika mendapatkan tawaran kredit 0% dari sebuah produk kartu kredit? Bisa macam – macam, mulai dari muncul pertanyaan “Do I need this?”, nanti kalau terlambat pembayaran bunganya akan membumbung, kok bisa bunga 0%? Ah jadi curiga sama banknya nih, bagus dan menarik (sekedar pernyataan begitu saja) atau malah “Aku mau!”. Dari beberapa frasa tersebut, mana yang menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda? Dengan begitu, dapat diketahui mengenai Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) yang muncul dari perspektif Anda tentang kredit bunga 0% kartu kredit tersebut. Social Judgment Theory (selanjutnya disebut SJT) dipopulerkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog yang berasosiasi dengan Oklahoma University (meninggal 16 Oktober 1988). Teori ini berarti sebuah penilaian atau pertimbangan atas pesan yang diterima dengan membandingkannya terhadap isu terkini. EGO LATITUDES: ACCEPTANCE, REJECTION & NON COMMITMENT Ungkapan – ungkapan

HIPERSEMIOTIKA

Berbicara mengenai hipersemiotika, akan menjadi terasa terlampau jauh apabila belum menguraikan mengenai apa itu semiotika. Dimulai dari Umberto Eco yang mendefinisikan semiotika sebagai sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu untuk berdusta (lie). Maksud definisi Umberto Eco tersebut adalah “bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya sesuatu tersebut juga tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, sehingga pada dasarya tidak dapat digunakan untuk mrngungkapkan apa-apa”. Merujuk pada apa yang dinyatakan Umberto Eco tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain sebagai teori kedustaan, semiotika juga menjadi sebuah teori kebenaran.         Sebagai teori kedustaan sekaligus teori kebenaran,  semiotika digunakan untuk mempelajari tanda yang ada dalam segala aspek sosial untuk mengungkap kedustaan atau kebenaran itu sendiri. Hal ini berkorelasi dengan apa yang dijelaskan oleh Ferdinand de Saussure yang menyampaikan bahwa semiotika mer

Langkah Forriz Hotel, Sejalan Dengan Perkembangan Bisnis di Yogyakarta

Yogyakarta kini, selain masih kental dengan julukan kota pelajar dan budaya juga sudah berkembang menjadi kota bisnis. Majemuk-nya masyarakat yang tinggal maupun berkunjung di Jogja telah membuka banyak peluang potensi bisnis dan juga wisata, tak terkecuali industri ramah-tamah seperti perhotelan. Forriz hotel adalah salah satu bagian yang turut andil dalam merespon potensi bisnis di kota yang juga dikenal dengan kota sejuta kenangan. Dimiliki oleh PT Forriz Sentral Gemilang, hotel yang terletak di Jln. HOS Cokroaminoto No. 60 Pakuncen, Yogyakarta ini hadir memenuhi permintaan pasar industri ramah-tamah di Yogyakarta mulai bulan Juni 2017 silam. Saat itu Forriz hotel melakukan soft opening pada tanggal 26 Juni 2017 guna merespon permintaan pasar pada momentum lebaran di tahun tersebut. Sebagai hotel bisnis dengan peringkat bintang 3+, Forriz hotel memiliki fasilitas sebanyak 116 kamar dengan klasifikasi superior, deluxe dan suite. Untuk mendukung aktivitas bisnis,  disedi