Pepatah lama pernah mengatakan “say it with flower!”
Tapi sekarang, tiga ibu kreatif bernama Leonie, Ruth dan Tako dapat mengganti
pepatah tersebut dengan “say it with cupcake!” Sebab produk cupcake dengan
brand Cupcakestory yang mereka kreasikan memang menyajikan kue dalam wadah
kecil – cup – yang dihiasi dekorasi penuh cerita sesuai dengan keinginan
pemesannya, dikemas secara personal. Lalu, bagaimana usaha unik ini terbentuk
dan apa latar belakang ketiga perempuan ini?
Berawal dari Leonie, yang berlatar belakang wirausaha
coffeeshop dan homestay yang ingin menjadi lebih produktif di masa pandemi.
Perempuan bernama lengkap Leonie Maria Christianti ini sebenarnya sudah lebih
dari satu dekade berkutat dengan dunia cupcake decorating namun belum pernah
dibranding secara lebih serius. Saat pandemi muncul di quarter kedua 2020,
Leonie memaksimalkan potensinya dengan mengadakan kelas online mendekorasi
cupcake dan masih tanpa brand.
Aktivitas yang dikerjakan Leonie membuat dua rekannya: Tako dan Ruth yang dikenal melalui komunitas orang tua murid di sekolah anak-anak mereka tertarik. Ketertarikan dua rekan Leonie tidak hanya diungkapkan dengan sekedar ekspresi ketertarikan belaka, mereka berdua datang dengan ide untuk berkolaborasi.
Tako yang bernama lengkap Yasti Tako Mintardja memiliki
latar belakang sebagai seorang MC, Presenter TV, Trainner dan Announcer.
Sehingga usulan kolaborasi yang diberikan adalah konsep kelas mendekorasi
cupcake dengan host. Tentunya supaya kelas yang diadakan akan terasa lebih
meriah dan peserta dapat lebih mendapat respon dua arah yang membuat kelas
makin “hidup” biarpun dijalankan secara online.
Di sisi lain, ada Ruth Melita Putri yang memiliki usaha
bidang advertising merasa siap membantu branding kolaborasi mereka bertiga
sekaligus mencari sponsor pada setiap pelaksanaan kelas. Jadilah konsep brand
Cupcakestory yang manis dan penuh warna seperti rasa dan tampilan sebuah
cupcake.
Tidak hanya berhenti di situ saja, bisnis rintisan ini juga mulai membuat program Marketing Communication seperti acara Ngobrol Bareng yang berisi konten Instagram Live untuk mengobrol bersama sesama pegiat bisnis atau figur inspiratif. Selain itu ada pula aktivitas filantropi dengan menyisihkan sebagian pendapatan kelas online ke lembaga atau badan amal. Ditambah lagi adanya penjualan produk cupcake pesanan khusus yang tidak hanya dipesan oleh konsumen personal tetapi juga korporat maupun instansi menjadi layanan yang telah memiliki segmentasi loyal. Apalagi ketika produk cupcake yang dikreasikan oleh Cupcakestory ini selalu custom dan sesuai karakteristik yang diinginkan pemesannya.
Meski ketiga sosok ibu-ibu “anti gabut” ini begitu
kompak menjalankan bisnis Cupcake Story bukan berarti tidak lepas dari konflik.
Untuk mengikis konflik dan drama di antara mereka bertiga, baik Leonie, Tako
maupun Ruth sepakat untuk menjaga keterbukaan informasi dan tidak sungkan untuk
saling sumbang saran dan membangun motivasi satu sama lain. Seperti istilah
yang tren dibicarakan saat ini: support system.
Komentar